Monday, December 29, 2008

Imanuel--Allah beserta kita

Budi adalah seorang profesor penemu ulung, dia berhasil menciptakan robot yang bisa mendeteksi kebohongan, dia membuat robot itu sedemikian rupa sehingga ketika mendengarkan kebohongan, sang robot akan langsung menampar si pembohong itu... Budi dengan bangga membawa robot itu ke ruang keluarga dan menunggu anaknya pulang... tapi anaknya tak kunjung pulang... ditunggu-tunggu baru sore hari sang anak pulang... "Kamu dari mana ? kok pulangnya telat" tanya si Budi. "Ada pelajaran tambahan pa" jawab sang anak. *PLAK* Sang robot menampar si anak... "Nak, ini adalah robot ciptaan ayah, dia akan menampar siapapun yang berbohong..! sekarang katakan dengan jujur, kenapa pulangnya telat ??!" "Maaf ayah.. aku habis menonton film di rumah teman..." "Film apa?" "Film Sinetron pa" *PLAK* Ayo katakan denga! n jujur film apa ??" "Maaf Ayah... saya menonton film porno" mendengar itu marahlah si Budi.. "Kamu itu yach ... kecil-kecil uda nakal, mau jadi apa kamu nanti besar ? kurang ajar kamu yach ... bikin malu ajah ... perbuatan yang benar-benar memalukan..! !! papa waktu seumuran kamu gak pernah melakukan hal senakal kamu...!" *PLAK* Budi ditampar sang robot. Suasana hening untuk beberapa saat... Istri Budi kemudian masuk datang dan langsung berkata... "huh, sama aja kelakuannya, apel gak akan jatuh jauh dari pohonnya kan ? ya gimanapun juga dia anak elo, jadi... " *PLAK* Sang robot menampar istri Budi sebelum sang istri sempat menyelesaikan kata2nya.. Dan semua terdiam...

SS, Bagaimana jadinya kalau Tuhan adalah seorang pembohong? Maka Kita akan mendengar suara tamparan di surga, dengan catatan robotnya masuk surga. Bagaimana jadinya kalau Tuhan tidak menepati janji-Nya seperti yang ditulis di dalam Maleakhi 4:2 berkata, “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran .. . ”?? maka hidup manusia juga adalah sebuah kebohongan. Manusia hanya akan diperbudak oleh dosanya, penderitaannya, kesulitannya, dan masalahnya. Tidak pernah ada jalan keluar bagi manusia, karena satu-satunya jalan keluar yang mungkin adalah pada Tuhan. Tetapi bagaimana kalau satu-satunya jalan keluar itu tertutup? Maka tamatlah sejarah manusia! Saya memikirkan dua ironi yang terjadi berkaitan dengan hal ini:

  1. Sebagian manusia akan berhenti berharap dan berkata, “Tuhan sudah mati. Tuhan tidak ada! Tuhan tidak bekerja lagi sekarang tetapi meninggalkan ciptaan tangan-Nya” Maka mereka berusaha dengan kekuatan sendiri mengatasi dosa dan masalah dalam hidup ini. Apakah bisa? Apakah manusia mampu? Tidak! Manusia hanya menutupi dosa mereka dengan dosa yang lain. manusia hanya menutupi masalah mereka dengan masalah yang lain. maka manusia binasa.
  2. Sebagian manusia lainnya akan tetap berharap kepada Tuhan. Mereka akan menanti dengan setia. Tetapi yang dinanti tidak kunjung datang. Yang ditunggu-tunggu tidak pernah menepati janjinya. Maka manusia binasa. Betapa malangnya manusia bukan kalau mereka menanti dan berharap kepada Tuhan yang tidak menepati janji-Nya?

Tetapi kita bersyukur bahwa Allah tidak pernah ingkar janji. Melalui kisah Yakub, kita akan melihat bukti penyertaan Tuhan. Mari kita membaca Kejadian 28:10-22.

SS, siapa Yakub? Yakub adalah anak Ishak yang menjadi kesayangan Ribka, mamanya. Dia jarang keluar rumah. Dia dapat dikatakan anak mami, anak rumahan. Dia berbeda dengan Esau yang kuat, pengembara. Tetapi pada saat itu, Yakub terpaksa harus pergi dari rumahnya karena setelah dia menipu kakaknya, Esau, Dia akan dibunuh. Maka pergilah ia menuju tempat Pamannya, Laban dengan segala keputusasaan, homesick, kesepian, dan kebimbangan. Pada Malam ketika ia tidur, Yakub bermimpi. Yakub melihat ada sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.

Apa maksud dari Tangga Yakub ini yang dikutip juga oleh Tuhan Yesus di dalam Yohanes 1:51?

1. Allah beserta kita (tangga itu dari atas ke bawah = turun)

Kita akan melihat tangga itu dari atas ke bawah dan ini menunjukkan bagaimana Allah berinisiatif menyatakan janji-Nya kepada Yakub. Di tengah-tengah pergumulan Yakub, Allah menyatakan diri-Nya dan janji-Nya bahwa Ia akan menyertai Yakub ke manapun ia pergi (ay. 15). Tangga itu dari atas ke bawah menunjukkan Allah peduli akan segala kesulitan dan pergumulan yang dialami Yakub. Tuhan pun peduli kepada segala kesulitan dan pergumulan yang dialami setiap kita yang hadir di tempat ini. Apa bukti kepedulian Tuhan? Ia datang dari atas (surga) turun ke bawah (dunia). Ia datang dari kemegahan, kemuliaan dan kekuasaan kepada kehinaan, kesengsaraan, dan kerendahan. Ia datang dari sorga, tempat yang paling diinginkan orang-orang di dunia ini, menuju bumi, tempat di mana dosa dan penderitaan merajalela di mana-mana.

Dari Allah yang tidak terbatas menjadi seorang bayi manusia yang terbatas. Ibrani 2:14 berkata, “karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka.” Dengan kata lain, “ketika kita berdarah dan berdaging, maka Ia pun berdarah dan berdaging sama seperti kita.” Siapa yang mengerti pergumulan manusia selain dari manusia itu sendiri? Siapa yang mampu mengerti kesulitan, penderitaan, sengsara, kepahitan, sakit hati kita selain daripada manusia itu sendiri. Tetapi apakah manusia lainnya bisa mengerti kita? Apakah orang-orang yang duduk Di samping kiri kanan, depan belakang saudara mampu mengatasi penderitaan, kepahitan dan luka saudara? tidak! Mereka pun memiliki kesulitan, penderitaan, kepahitannya sendiri. Yang terluka tidak dapat mengobati yang terluka.

Tetapi Yesus, Ia sumber sukacita, sumber pengharapan itu menjadi manusia agar dapat mengobati kita yang terluka. 1 Korintus 2:11 berkata, “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam diri dia?” tetapi ayat ini tidak berhenti hanya di situ, dilanjutkan, “demikian pulalah tidak ada yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” Yesus adalah manusia sejati sehingga Ia mengerti pergumulan kita dan Ia adalah Allah sejati sehingga Ia mampu mengatasi pergumulan kita. Karena itu, hanya satu pengharapan manusia yaitu di dalam diri Tuhan Yesus.

SS, Apa yang dimimpikan Yakub dipakai Tuhan di dalam Yohanes 1:51. Ketika itu Natanael sempat mempertanyakan apakah ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Tetapi ketika ia percaya kepada Tuhan Yesus, maka Tuhan Yesus menjaminkan dia suatu hal yaitu Dia akan melihat langit terbuka dan malaikat Tuhan akan turun naik. Tangga itu turun menunjukkan Allah akan beserta dengannya. Allah akan menyertai orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Apakah saudara pernah percaya sekali kepada seseorang? Bagaimana jadinya kalau orang itu mengecewakan saudara? Inilah yang terjadi di dalam hidup manusia, seberapa percayanya kita, suatu saat akan mengecewakan kita. Jadi, kepada siapa seharusnya kita percaya, maka pemazmur di dalam Mazmur 56:4 (BUKA ALKITAB) di kala ia mengaku bahwa ia takut, ia berkata kepada Allah aku percaya. Maka setelah itu di dalam ayat-ayat berikutnya kita melihat bahwa pemazmur memiliki keyakinan dan pengharapan kepada Allah dan berkata, “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.” (ay. 5, 12) Dia mengucapkannya 2 kali saudara yang menunjukkan suatu kepercayaannya kepada Tuhan dan ia tidak takut lagi menghadapi hidup ini. Jadi, ada pribadi yang kita tuju yaitu Tuhan, dan ada yang kita lakukan yaitu percaya, maka hasilnya kita tidak takut.

Ketika Yakub bangun dari tidurnya, ia menyadari kehadiran Tuhan dan menyebut tempat di mana ia berada adalah pintu gerbang sorga (the gate of Heaven) di mana Tuhan menyatakan diri-Nya. Kehadiran Tuhan ke dalam dunia (natal) adalah di mana pintu keselamatan itu dinyatakan. Dia datang untuk mati di atas kayu salib untuk dosa saudara dan saya. Pintu keselamatan itu dibukakan bagi mereka yang dipanggil di dalam nama-Nya. Bagi saudara-saudara yang belum merasakan damai natal ini, di mana Tuhan berkenan hadir di dalam hati saudara membereskan dosa dan pergumulan saudara, bila saudara merasakan firman Tuhan berbicara di dalam hati saudara, saudara merasa berdosa dan membutuhkan Juruselamat, maka datanglah kepada Tuhan. Percayalah kepada Tuhan Yesus karena hanya Dia yang mampu menjadi jawaban bagi segala pergumulanmu. Mungkin saudara-saudara bertanya-tanya, Bagaimana saya bisa yakin bahwa Dia adalah yang benar yang dapat saya percaya? Jawabannya adalah, Karena hanya Tuhan Yesus yang membuktikan janji-Nya. Pembuktian akan janji terbitnya surya kebenaran itu ditepati-Nya di dalam Yohanes 1:9, “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya,”

Berapa lama orang Yahudi menantikan pembebasan dari seorang Mesias? Sejak zaman Israel. Tetapi ada satu masa yang panjang sejak zaman nabi Nehemia sampai pemerintahan Romawi kira-kira 400 tahun lamanya yang tadi didramakan di mana ada satu periode yang dinamakan periode intertestamental (peralihan antara PL dan PB), ini sering disebut zaman kevakuman Allah. di zaman inilah orang Yahudi menantikan kedatangan Mesias. Di tengah penaklukan bangsa Persia, kebobrokan dan penganiayaan bangsa Yunani, dan tekanan bangsa Romawi, maka harapan orang Yahudi satu-satunya adalah kedatangan Mesias, Juruselamat itu. Tetapi apakah firman Tuhan Vakum? Apakah Allah diam? Sebenarnya tidak! Apa yang terjadi selama 400 tahun itu sudah dinubuatkan di dalam Daniel 2, 7, 8 dan 11. Ini menunjukkan bagaimana Terang firman itu tetap beserta di tengah kegelapan zaman. Apakah ada tempat atau waktu di mana Terang Tuhan tidak beserta? Tidak ada! Sejak penciptaan ketika Terang itu dikatakan baik adanya sampai kepada ketika manusia tidak membutuhkan lagi terang matahari karena Allah akan menjadi penerang abadi, maka kita melihat tidak ada tempat atau waktu di mana Terang Tuhan tidak bercahaya dan beserta ciptaan tangan-Nya.

Tangga itu dari atas ke bawah yaitu Imanuel, Allah beserta kita. Apa yang masih kita kuatirkan? Percayalah kepada-Nya!

2. Kita mengikuti Tuhan (tangga itu dari bawah ke atas = naik)

Ss, seringkali dalam hidup kita, kita terlalu sibuk dengan pergumulan dan masalah dalam hidup kita. Kita memohon kepada Tuhan untuk menjaga, memelihara kita dan memberkati kita. kita selalu berseru dan berseru kepada Tuhan. Kita ingin Tuhan selalu turun ke bawah menolong kita. Tetapi Tuhan mendapati kita tidak sepenuhnya bergantung kepada-Nya. Dengan kata lain, Kita belum naik tangga ke atas. Kita terlalu terpuruk dengan keadaaan kita.

SS, setelah Yakub berangkat dari tempatnya itu, ia bertemu dengan Laban dan kita melihat bagaimana Yakub terus mengalami pergumulan dalam hidupnya sampai kepada pertemuannya kembali degan Esau, kakaknya. DI dalam Kejadian 32, kita melihat bagaimana Yakub takut untuk bertemu dengan Esau, sampai Tuhan harus kembali mengingatkan dia dengan bergumul bersama Yakub. Tuhan sampai harus membuat Yakub pincang untuk menyakinkan penyertaan Allah kepada Yakub.

Berapa banyak dari kita yang mengamini bahwa Allah adalah Allah yang baik? banyak! Bahkan mungkin setiap kita yang hadir di sini tidak akan mengingkarinya. Tetapi berapa banyak yang di dalam segala pergumulannya dan masalahnya masih bisa berkata Tuhan itu baik dan tetap hidup bersukacita? Berapa banyak dari kita yang mengamini bahwa Allah adalah Allah yang Mahakuasa? Banyak! Tetapi berapa banyak dari kita yang meragukan kuasa Allah ketika badai hidup menerjang kita? Banyak juga! ketika banyak orang bilang tahun 2009 krisis global akan lebih parah daripada tahun 1998, usaha mulai menurun, PHK di mana-mana, dll, berapa banyak dari kita yang masih mampu berkata, “Tuhan, aku tidak kuatir karena hidupku di tangan-Mu. Aku tetap percaya kepada kuasa-Mu yang mengatur sejarah dunia ini?”

Paulus di dalam Kolose 3:2 berkata, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Apa artinya? Artinya adalah pikiran kita harus selalu tertuju kepada Tuhan. Kita harus memiliki the heavenly mind. Kaki ini memang berpijak di bumi, tetapi pikiran dan hati kita haruslah heavenly/surgawi. Kaki yang berpijak di bumi ini menunjukkan bahwa kita akan tetap menjalani hidup di dunia ini, Bertemu dengan kesulitan, masalah, pergumulan, kepahitan, penolakan, dan banyak lagi. Tetapi pikiran hati kita harus tertuju kepada Allah yang berkuasa. Dengan demikian, saya percaya bahwa kita akan membawa suasana surgawi itu ke tengah-tengah dunia ini. Kita akan menghadapi masalah hidup ini dengan cara Tuhan, bukan dengan cara kita yang terbatas dan di dalam keberdosaan.

SS, istri saya sedang mengandung. Awal-awal kehamilannya ini sangat menyulitkan dirinya. Baju semakin sempit, badan sakit-sakit, maunya tidur terus, dan banyak lagi. Saya melihat bagaimana dia mampu bertahan menghadapi “penderitaannya” ini karena dia sadar ini harus ditempuh olehnya demi mendapatkan sesuatu yang berharga. Pikiran akan datangnya seorang bayi di tengah-tengah kami yang akan membahagiakan hidup kami tentu menjadi pendorong di dalam menghadapi kesulitan dalam proses kehamilan.

Demikian juga dengan kita. Pikiran akan bagaimana penderitaan akan membuat iman kita teruji, menjadi murni dan bertumbuh, seharusnya menjadi pendorong bagi kita di dalam menghadapi tantangan dunia ini. Kita tidak akan menjadi anak-anak gampang. Kita tidak akan menjadi orang Kristen yang sedikit-sedikit putus asa dan mempertanyakan Tuhan. Di dalam 1 Petrus 1:6-7, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu adalah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Dukacita itu dikatakan hanya seketika saja dibandingkan kemuliaan yang akan kita dapatkan selama-lamanya.

waktu saya diutus praktik satu tahun, sekolah saya mengadakan ibadah pengutusan. Seorang dosen saya berkhotbah dan beliau berkata bahwa di dalam pelayanan akan banyak mengalami tantangan. Ketika kami tahan uji menghadapi tantangan itu, maka kami akan lulus dan mendapatkan gelar kami, ada yang Sth (sarjana Teologi) dan ada juga M. Div (Master Divinitas). Kalau belajar lagi dan lulus lagi maka akan dapat gelar sampai paling tinggi yaitu Phd. (doktor philosofi). Tetapi gelar2 di atas tidak akan ada gunanya tanpa satu gelar yang paling penting yang diberikan oleh Tuhan sendiri, yaitu W. D. (Well Done). [Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik].”

Maukah saudara mengikut Tuhan dengan setia di tengah-tengah gejolak zaman ini? Maukah saudara tidak berdiam diri saja, tidak hanya meminta-minta penyertaan Tuhan tetapi mulai sekarang saudara mau berkata, “Tuhan, pakai segala peristiwa dalam hidupku untuk membuatku semakin mendekat pada-Mu dan memuliakan-Mu.”

Sunday, December 7, 2008

Waktu dan hikmat


2 Raja-raja 20:1-11

Alkisah hidup seorang guru silat yang sudah sangat tua. Ia mempunyai dua murid yang masing-masing rajin dan semangat belajar silat. Untuk mewariskan perguruannya, ia harus memilih yang terbaik dari keduanya. Setiap mereka diadu kekuatannya, hasilnya selalu seimbang. Untuk mengetahui mana di antara mereka yang lebih baik dan lebih cerdik, guru tersebut terpaksa menggunakan cara lain.

Suatu tengah malam, guru tersebut memanggil kedua muridnya dan memberi mereka tugas, "Besok pagi kalian pergilah ke hutan mencari ranting pohon. Siapa yang pulang dengan hasil yang terbanyak, dialah yang keluar sebagai pemenang.” "Waktu yang tersedia untuk kalian adalah jam lima pagi sampai jam lima sore." Kemudian guru tersebut berkata, "Ini adalah dua bilah parang yang dapat kalian gunakan, ada pertanyaan?" "Tidak." "Baiklah kalau begitu, sekarang, kalian cepatlah beristirahat dan besok bangun lebih pagi,"

Di pikiran murid yang pertama langsung terbayang bahwa keesokan harinya ia harus bekerja lebih keras dan lebih serius karena waktunya terbatas. ia pun pergi tidur.

Murid kedua tidak langsung tidur tetapi memikirkan pekerjaannya besok. Ia memeriksa parang yang disediakan oleh gurunya, dan ternyata parang tersebut adalah parang tua yang sudah tumpul. Maka, ia pun memutuskan, besok sebelum berangkat ia akan mencari batu asah untuk mengasah parangnya agar menjadi tajam.

Lalu ia berpikir lagi, bagaimana cara membawa ranting pohon lebih banyak. Sementara temannya sudah tertidur lelap, ia masih mondar-mandir di depan kamarnya, memikirkan cara terbaik untuk membawa ranting dengan jumlah lebih banyak. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya ia memutuskan untuk menyiapkan tali dan tongkat. Ia akan memikul ranting menggunakan tongkat pikulan. Paling tidak, ia bisa membawa dua ikat besar ranting-satu di depan dan satu lagi dibelakang. Dengan perasaan puas, ia pun pergi tidur.

Keesokan harinya, murid pertama yang sudah berencana akan bekerja keras, bangun tepat waktu dan langsung berangkat ke hutan. Sementara itu, murid kedua masih tidur karena tidurnya terlalu malam memikirkan strategi. Tepat jam enam pagi, murid kedua bangun. Sesuai rencana, ia segera mencari batu asah dan mengasah parangnya sampai benar-benar tajam. Kemudian ia mencari tali dan tongkat pikulan. Setelah semua perlengkapan siap, ia segera berangkat ke hutan, jam menunjukkan pukul tujuh lebih.

Ketika jam menunjukkan pukul satu siang, murid kedua sudah berhasil mengumpulkan ranting cukup banyak. Ia segera mengikatnya menjadi dua dan memikulnya pulang. Sesampainya di rumah, diserahkannya ranting-ranting tersebut kepada gurunya. Ia berhasil mendapat banyak ranting dan pulang lebih cepat. Sementara itu, murid pertama, karena tidak mengasah parangnya, harus menggunakan waktu dan energi yang lebih besar untuk memotong ranting pohon. Dengan demikian ia juga memerlukan waktu yang lebih banyak untuk beristirahat karena kelelahan. Belum waktu yang ia gunakan untuk mencari tali pengikat. Selain itu, dengan caranya membawa ranting kayu yang dipanggul di pundaknya, jumlah yang bisa dibawanya juga terbatas.

Apa pelajaran yang bisa dipetik dari cerita ini? Waktu manusia sudah ditentukan dan diatur oleh Allah, waktu yang terbatas ini bagaimana manusia menjalaninya? Ada dua jenis orang: (1) Ada orang yang memiliki waktu tetapi tidak memiliki hikmat, sehingga yang dijalaninya hanyalah kesia-siaan. Tetapi kalau kita renungkan, (2) ada orang yang berhikmat tetapi waktunya singkat baginya, ada orang yang baru menyadari hidup ini harus memuliakan Tuhan, tapi sudah harus dipanggil Tuhan. Kedua hal inilah yang terjadi dengan hizkia.

Siapakah Hizkia?

Hizkia selama hidupnya berhikmat dan menjalani hidupnya sungguh-sungguh sehingga di dalam 2 Raja-Raja 18:3, Hizkia dikatakan raja Yehuda yang melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya. Luar biasa, Hizkia dibandingkan dengan Daud, orang yang dikatakan berkenan di hati Allah dan melakukan segala kehendak-Nya (Kis. 13:22).

Tetapi waktu dia sudah usai. Di pasal 20:1, Hizkia jatuh sakit dan Tuhan berkata “engkau akan mati.” kita melihat bahwa waktu itu singkat. Siapapun kita, betapa kayanya kita, betapa terkenalnya kita, betapa pintarnya kita, betapa cantiknya kita, ketika Tuhan berkata engkau akan mati, maka apa yang kita punya kita tinggalkan di dalam dunia. Seorang raja menyadari akan hal ini, dan sebelum dia mati, dia memerintahkan pengawalnya untuk membuat peti mati yang disampingnya ada lubang, untuk apa? agar tangannya bisa dikeluarkan dan menunjukkan bahwa ia mati dengan tangan yang kosong.

Hizkia adalah orang yang berhikmat tetapi tidak memiliki waktu. Ia tidak kuasa menahan kematian dari Allah.

Tetapi Tuhan dengan segala rencana-Nya menyembuhkan Hizkia dan tidak hanya itu, Hizkia diberi tambahan umur/waktu 15 tahun. Hizkia punya waktu tetapi kali ini ia tidak punya hikmat. Ia justru berbuat hal yang tidak berkenan di hati Tuhan. Inilah yang dinamakan orang yang memiliki waktu tetapi tidak berhikmat. Hizkia menjadi contoh manusia pada umumnya di mana waktu dan hikmat tidak pernah berjalan bersama-sama. Pagi ini, kita yang duduk, kita diingatkan bahwa kita punya waktu dan diberi hikmat oleh Tuhan untuk menjalaninya. Selama kita masih hidup maka kita harus menjalaninya dengan bijaksana.

Hizkia tidak berhikmat di dalam menggunakan waktu yang ada, padahal Tuhan punya rencana indah dalam hidupnya. Janji Tuhan kepadanya adalah, “Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud, hamba-Ku" (ay. 6). Memang bangsa Israel lepas dari bangsa Asyur tetapi karena kesombongan Hizkia, maka Tuhan menghukum bangsa Israel kepada bangsa Babel (ay. 12-21).

Rencana Allah dalam hidup kita

Seperti Hizkia, Tuhan pun memiliki rencana dalam hidup setiap kita. karena Tuhan menciptakan kita dengan sebuah maksud. Banyak orang berkata, “untuk apa Tuhan menciptakan saya?” Untuk apa saya ada di dunia ini? Westminster cathecismus memberikan jawaban, “tujuan hidup manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.”

Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik [memuliakan Allah], yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya [menikmati Dia selama-lamanya]. (Ef. 2:10).

Apa rencana Tuhan dalam hidup SS sekalian? Pernahkah SS merenungkan panggilan hidup SS? Apakah kita pernah merenungkan bagaimana saya dapat menyenangkan hati Tuhan dengan hidup saya ini? Jangan-jangan selama ini setelah puluhan tahun kita hidup tetapi belum pernah melakukan sesuatu pun yang menyenangkan hati Tuhan. Hidup dalam dosa, kesenangan duniawi, hidup mencari kepuasan diri sendiri.

Ada sebuah kisah nyata di Amerika, ada seorang pria yang merupakan orang penting dan sibuk. Ia bekerja dari pagi sampai malam setiap hari, bahkan libur pun bekerja. Istrinya selalu mengingatkan dia akan keluarga mereka, anak-anak yang mulai bertumbuh dan membutuhkan dia. Tetapi apa yang dia pikirkan? “saya akan bisa meluangkan waktu lebih banyak bagi mereka dalam 6 bulan ke depan atau lebih, ketika segala sesuatu sudah tenang dan teratur. Toh, bukankah saya melakukan semua ini bagi kebaikan mereka?” ini yang selalu menjadi alasannya. Ini yang selalu menjadi rencana di dalam hidupnya. Ia tidak memikirkan kesehatannya, ia tidak punya waktu ke gereja apalagi baca Alkitab, selalu saja alasannya, saya akan melakukannya kalau semua sudah tenang dan teratur. Suatu hari pimpinannya memerintahkannya mengerjakan proyek besar. Malam itu, ia berkata kepada istrinya, “hidup kita akan segera tenang dan teratur karena keuangan kita akan terjamin, kita bisa pergi berlibur ke manapun kita mau.” Tetapi istrinya sudah mendengar hal ini sebelumnya dan ia tetap pergi tidur sendirian seperti biasanya. Pukul 3 pagi istrinya terbangun dan menyadari bahwa suaminya belum ada di sampingnya, maka ia bangun dan menuju ke ruang kantor suaminya. Ketika istrinya menyentuh tubuhnya, ia tidak merespon dan kulitnya sudah dingin. Ternyata ia terkena serangan jantung dan sudah meninggal beberapa jam yang lalu. Kematiannya menghebohkan komunitas keuangan. Berita kematiannya ditulis di koran-koran dan majalah terkenal. Di dalam pemakamannya, semua teman-temannya memuji dan menyanjung namanya. Mereka membuat tugu peringatan dengan tulisan, “Sukses, pemimpin, pengusaha, inovator.” Tetapi SS tahu bila malam itu ada malaikat datang dan menuliskan sebuah kata di batu peringatan itu, apa yang akan ditulisnya? BODOH!

Di dalam Lukas 12:20, Tuhan berkata kepada orang kaya yang bodoh, “Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? Dan Tuhan Yesus menyimpulkan, “Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah apakah ini juga terjadi pada mereka yang kaya? Tidak juga. Yang tidak kaya pun, yang hidup pas-pasan punya sering berkata, “bagaimana saya bisa melayani, memikirkan soal hubungan dengan Tuhan, untuk makan saja saya pusing memikirkannya.” Jadi, orang kaya dan orang tidak kaya sama-sama bodoh bagi Tuhan, kalau mereka tidak kaya di hadapan Tuhan.

Apa itu kaya di hadapan Allah? Menurut John Ortberg:

- kaya di hadapan Allah berarti menumbuhkan jiwa yang semakin sehat dan baik.

- kaya di hadapan Allah berarti mengasihi dan menikmati orang-orang di sekeliling anda.

- Kaya di hadapan Allah berarti belajar mengenai berbagai karunia dan melakukan hal baik untuk membantu memperbaiki dunia ini.

- Kaya di hadapan Allah berarti bermurah hati dengan barang-barang anda.

- Kaya di hadapan Allah berarti membuat apa yang bersifat sementara menjadi hamba dari apa yang bersifat kekal.

Ketika saya menerima panggilan Tuhan, ada lagu yang menguatkan saya untuk kaya di hadapan Allah, “telah lama kucari-cari, langkah hidup yang lebih pasti. Hidup penuh berkem’nangan setiap hari. Suatu saat Yesus panggilku menjadi pekerja, melayani, jadi saksi bagi-Nya.”

Bagaimana kita tahu kalau Tuhan masih ingin memakai kita dalam pekerjaan-Nya? Tuhan memberikan waktu dan hikmat.

Pemberian waktu dan hikmat

Apa itu waktu? Menurut orang barat, “waktu adalah uang.” Menurut orang China, “waktu adalah uang tetapi uang bukanlah waktu karena ada peribahasa China yang berkata—satu inci waktu sama dengan satu inci emas, tetapi satu inci emas tidak dapat menggantikan satu inci waktu.” Tetapi Definisi ini belum tepat karena dunia memikirkan waktu secara dangkal yaitu uang.

Pdt. Stephen Tong memberikan tiga pengertian soal waktu: Saya akan bantu kita memahaminya.

1. Waktu adalah hidup

Menghamburkan waktu berarti menghamburkan hidup. Mungkin kita pernah bertanya kepada seseorang, “Apakah kamu mau percaya kepada Tuhan Yesus? Apakah kamu mau pergi ke gereja untuk mendengar injil? Biasa jawaban yang kita temukan adalah, saya mau, Cuma saya terlalu sibuk! Saya tidak punya waktu! Lucu bukan, mereka menggunakan waktu selama hidup mereka tetapi mereka berkata mereka tidak punya waktu. Hal ini pun sering kali diucapkan oleh kita yang sudah lama percaya kepada Tuhan tetapi ketika ditanya, “apakah kamu mau ambil satu bagian pelayanan di dalam gereja untuk melayani Tuhan?” jawaban kita pun sama! Saya sibuk, tidak punya waktu! SS, mengapa kita berkata demikian? Karena kita tidak memandang hidup itu berharga. Karena kita tidak menggunakan waktu yang singkat ini untuk melihat nilai hidup, makna dan tujuan hidup. Inilah yang menjadikan kita menyerahkan hidup dan waktu kepada uang?

Mau sampai berapa lama lagi kita membuang hidup/waktu ini? Mau tunggu sampai tua baru menyesal karena waktu tidak bisa diputar kembali? Seandainya kita divonis oleh dokter kalau hidup kita hanya tinggal 1 minggu lagi, saya percaya kita akan memandang waktu dengan berbeda. Tetapi apakah mau tunggu sampai demikian?

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mzm. 90:12). Hitunglah setiap hari apakah kita sudah mempersembahkan waktu, pikiran, kekuatan, kesehatan dan segala yang kita miliki bagi kemuliaan Tuhan?

2. Waktu adalah kesempatan

Di dalam bahasa Yunani, waktu dibagi menjadi dua yaitu kronos dan kairos. Kronos adalah waktu yang berjalan sebagaimana mestinya, tetapi kairos adalah kesempatan atau momen dalam perjalanan waktu kita. kairos ini yang harus kita tangkap dan pergunakan sebaik mungkin. Di dalam mitologi Yunani, dewa kairos dilukiskan dengan kepala botak di bagian belakang dan rambutnya hanya di bagian depan, dan mempunyai sayap di kakinya, sehingga kalau dewa kesempatan lewat, maka berjalan cepat sekali. Dewa kairos jarang lewat, maka manusia harus mencarinya. Kalau dewa kairos itu lewat dan manusia berusaha mengejarnya; ia tidak mungkin dapat mengejarnya, karena ia mempunyai sayap di kakinya. Lagipula kita tidak bisa menangkapnya dari belakang karena kepalanya botak. Tetapi kalau manusia sudah bersiap-siap untuk menangkapnya, sebelum ia tiba, dan begitu ia tiba langsung menangkapnya, masih bisa menangkapnya dengan memegang rambutnya yang di depan.

SS, kita tidak percaya mitologi apapun tetapi ada pelajaran yang berharga yang bisa kita dapatkan. Orang bodoh selalu membuang kesempatan, orang biasa menunggu kesempatan, tetapi orang bijak mencari kesempatan.

Hidup yang masih kita jalani ini adalah kesempatan yang Tuhan berikan, karena kita tidak tahu sampai kapan Tuhan memberikan kita hidup. Karena itu, pakai waktu, kesempatan ini untuk menyenangkan hati Tuhan. Ketika banyak kesempatan disodorkan kepada kita, pilihlah dengan hikmat dari Tuhan yang terpenting sehingga kita dapat maksimal melakukannya.

Hidup ini hanya sekali dan kita tidak akan kembali lagi setelah mati. Selama hari masih siang kita harus melakukan pekerjaan Tuhan; sebab akan datang malam, ketika tidak seorang pun dapat bekerja (Yohanes 9:4)

3. Waktu adalah catatan

SS, segala perkataan saya, tingkah laku saya, khotbah saya tercatat dan terekam sekarang oleh alat ini. Tapi saya percaya bahwa segala yang saya lakukan sekarang sedang dicatat dan direkam oleh Tuhan. Tidak ada yang luput, segala dosa, kesalahan saya tercatat. Karena itu saya harus selalu berhati-hati dalam hidup ini.

Kita tidak dapat sembarangan menjalani hidup kita karena setiap perbuatan kita dicatat oleh Tuhan di surga.

Ada orang Kristen berkata, “kalau Tuhan adalah Mahapengampun dan akan selalu mengampuni dosa saya dan saya adalah orang pilihan Tuhan, maka saya bebas melakukan dosa, toh nanti diampuni Tuhan.” Betul! Kalau kita berbuat dosa dan datang sungguh2 kepada Tuhan minta ampun, Tuhan pasti akan mengampuni kita. berdosa lagi? Datang dan Tuhan ampuni. sampai kapan? Tuhan akan hajar kita dengan keras agar kita sadar dan tidak main-main dengan dosa! tetapi kita harus ingat bahwa segala perbuatan kita akan dicatat dan diperhitungkan pada saat penghakiman nanti.

Orang yang bijak akan menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang baik dan berguna. Orang yang bodoh akan menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang tidak baik dan sia-sia.

Kalau kita bertemu dengan Tuhan sekarang, coba pikirkan, kira-kira apa yang Tuhan catat mengenai hidup kita?

Bagaimana respon kita? setelah mendengar firman Tuhan hari ini

1. Menyadari bahwa kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita kepada Tuhan. Hiduplah bijaksana! Jangan sembarangan!

2. Habiskan waktu kita dengan nilai yang kekal, jangan yang sementara. Apa yang kekal? Tuhan, Jiwa kita, orang-orang di sekitar kita. apa yang sementara? Kekuasaan, harta, uang, kemudaan, dll. Saringlah baik-baik, prioritaskan hidup kita kepada nilai yang kekal. Kalau sekarang sudah lama kita mengabaikan Tuhan, anak, istri, suami, cucu atau orang tua kita karena kita terlalu sibuk bahkan dengan alasan bekerja demi mereka, kita harus berubah!

3. Pikirkan apa yang sedang kita kejar, apakah itu adalah nilai kerajaan surga atau yang sementara sifatnya yang pada akhirnya hanya kita tinggalkan di dunia. Gereja kita terus menantang zaman ini! Gereja kita terus berjalan dalam amanat agung Tuhan. Gereja kita terus berupaya bergerak dalam memuridkan jemaat. Gereja kita terus membangun secara fisik: rumah duka, sekolah, panti. Apakah SS mau bergabung dan menyenangkan hati Tuhan atau hanya menjadi penonton dan menyia-nyiakan hidup ini?

DOA:
Tuhan, aku menyadari selama ini aku belum hidup bijaksana. Aku sudah mengabaikan Engkau, keluargaku, dan pekerjaan Tuhan. Ajar aku, Tuhan, untuk menghitung hari-hariku agar aku beroleh hati bijaksana.

Thursday, November 27, 2008

Jawaban atas doa

Matius 26:36-46

Getsemani adalah sebuah tempat yang subur. Di dalam bahasa Ibrani, kata Getsemani diartikan lembah yang gemuk atau lembah Zaitun karena ada banyak pohon Zaitun di sana. Pohon Zaitun sangat berguna sekali bagi masyarakat pada waktu itu untuk obat, bumbu masakan, dll.

Tetapi malam itu kesuburan dan kenyamanan taman Getsemani tertutup oleh dukacita dan kepedihan Allah kita. Tidak ada di dalam bagian firman Tuhan lain yang mencatat di mana Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (ay. 38). Dan ini menjadi tempat kedua di mana Yesus paling merasakan kesepian dan kesendirian, selain daripada ketika Dia di kayu salib dan berteriak Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan-Ku. Jadi, Getsemani yang dikatakan lembah kesuburan telah menjadi lembah kekelaman bagi Tuhan kita.

Tetapi justru di dalam lembah kekelaman inilah, Ia menemukan cara terbaik untuk menemukan kedamaian. Kedamaian yang bukan didapatkan dari kesejukan dan kenyamanan taman Getsemani yang subur, karena kedamaian ini bersifat fana adanya, melainkan dari Allah Bapa sendiri. Tuhan Yesus berdoa!

Seringkali manusia di dalam lembah kekelaman hidupnya selalu berusaha menemukan kedamaian di luar Tuhan. Mereka mencarinya kepada kesenangan yang sementara. Stres maka merokok. Banyak hutang maka berjudi. Tidak harmonis dengan keluarga maka selingkuh atau cerai. Sangkanya dengan cara-cara demikian, maka kedamaian akan mereka dapatkan. Tetapi buktinya apa? mereka hanya menggantikan masalah yang satu dengan masalah yang lain yang semakin rumit. Akhirnya, manusia hidup seperti orang yang menutup lubang tetapi harus menggali lubang agar tanah yang digali dapat menutupi lubang. Terus dan terus tidak ada hentinya.

Tuhan Yesus tidak demikian. Dia memberikan kita sebuah gambaran hidup yang utuh dan terbaik bagi manusia. Menemukan kedamaian sejati di dalam Allah yaitu melalui doa.

Doa adalah komunikasi kita dengan Allah. Doa adalah menyadari bahwa Allah itu ada dan mendengarkan kita berbicara kepada-Nya. Doa adalah sebuah permohonan kepada-Nya. Masalahnya adalah seringkali kita berdoa mengharapkan jawaban yang cepat, instan, dan sesuai dengan keinginan kita. ini dikarenakan kedagingan kita sehingga tidak jarang kita seakan-akan memaksa Tuhan untuk menuruti semua keinginan kita di dalam doa. Kita sering pakai ayat di Alkitab di dalam Matius 7:7-8, “mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Tuh kan, ayat ini bilang saya boleh minta apa saja kepada Tuhan dan saya pasti akan menerimanya.

Nanti dulu! Ayat ini mengajarkan kita untuk datang menghadap Tuhan dan mengajukan permohonan kepada-Nya. Tetapi jangan berhenti sampai di situ. Baca bagian berikutnya yang mengatakan bahwa, “Tuhan akan memberikan apa yang baik bagi kita.” Kalau permintaan kita hanya untuk memuaskan keinginan kita dan tidak memuliakan Allah maka Tuhan tidak akan menjawabnya, Yakobus 4:2b-3, “kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Roh memang penurut tetapi daging itu lemah. Misalnya, anak kita yang masih kecil minta pisau, maka kita tahu bahwa yang baik baginya adalah tidak bermain-main dengan pisau. Maka kita tidak akan memberikan kepadanya bukan? Maka sebenarnya berdoa bukan sekedar meminta kepada Allah tetapi bagaimana mengerti dan memahami rencana dan kehendak-Nya dalam hidup kita. di dalam 1 Yohanes 5:14 berkata, “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”

Tuhan Yesus di dalam bagian yang kita baca juga melakukan permohonan kepada Allah Bapa di sorga. Ketika dekat waktunya Ia akan menjalankan karya keselamatan itu, Ia merasakan kegentaran yang amat sangat sampai di catat di Lukas 22:44, “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya (keringat-Nya) menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” Apa yang Yesus mohonkan kepada Allah Bapa di sorga? Ia memohon jikalau sekiranya mungkin, cawan penderitaan itu tidak dijalani-Nya.

SS, apakah salah kalau kita minta dan memohon kepada Tuhan segala yang kita inginkan? Tidak! Secara manusia, ini menjadi sebuah bukti kebutuhan dan kebergantungan manusia kepada Tuhan. Ketika kita sakit, kita berdoa mohon kesembuhan. Ketika usaha kita tidak lancar, maka kita minta berkat. Ketika hubungan kita dengan keluarga atau teman tidak baik, kita minta kasih itu mengalir. Kalau mau dipikir-pikir apa yang kita minta/kuatirkan tidak pernah sebanding dengan permohonan Yesus. permohonan Yesus adalah permohonan yang wajar sebenarnya untuk dijawab karena Dia tidak layak menerima salib. Ia tidak berdosa. Ia adalah Allah yang mulia. Ia tidak pernah berbuat salah, tetapi disalahkan. Ia memang pantas kalau meminta cawan penderitaan itu lalu daripada-Nya.

Tetapi kita melihat bahwa Tuhan Yesus tidak berhenti hanya kepada meminta. Ia berdoa, “tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Jawaban doa bergantung kepada Allah! Jawaban doa tidak pernah mengubah rencana Allah yang kekal! Yang berubah adalah rencana kita. permohonan kita.

Pada suatu hari seorang wanita sedang membimbing keponakannya belajar.Tapi tidak seperti biasanya, kali ini keponakannya tidak bisa berkonsentrasi. Ternyata salah satu kelerengnya hilang. Tiba - tiba anak itu berkata, "Bi, bolehkah aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku ?" Ketika bibinya mengizinkan, anak itu lalu berlutut di dekat kursinya, menutup matanya dan berdoa dengan sungguh - sungguh. Selesai berdoa dia bangkit berdiri dan melanjutkan pelajarannya. Keesokan harinya, bibinya yang takut doa keponakannya tidak terjawab, dan dengan demikian akan melemahkan imannya, dengan khawatir bertanya, "Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu ?" "Tidak, Bi" Jawab anak itu, "tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi." Alangkah indahnya iman anak itu. Allah memang tidak selalu menjawab doa kita menurut kehendak kita, tetapi jika kita tulus berdoa, Dia akan mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Ini yang seharusnya menjadi pengharapan kita ketika berdoa kepada Tuhan. Kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kita.

Nah, bagaimana kita dapat mengenali kehendak Tuhan dalam hidup kita? Tentu kita harus mengenal dengan dalam Allah kita. dan cara satu-satunya adalah melalui firman Tuhan kita dapat mengenal-Nya. Tuhan Yesus mengenal dengan baik Allah Bapa karena mereka adalah Allah Tritunggal. Di dalam doa kedua-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya. . . ” Tuhan Yesus tahu betul bahwa salib itu harus dijalani oleh diri-Nya yang sempurna. Penebusan manusia harus dengan manusia lainnya. Dan hanya Yesus yang layak karena semua manusia di dalam dunia sudah berdosa, maka hanya Dialah satu-satunya jalan kepada penebusan karena Dia adalah sempurna, tak bercacat. Inilah alasan mengapa keselamatan harus melalui Yesus saja karena hanya Dia yang bisa menghapus dosa manusia, menggantikan posisi manusia yang seharusnya binasa.

Tuhan Yesus tidak lagi berdoa agar cawan itu lalu daripada-Nya karena Dia memiliki pemahaman yang sempurna bahwa keselamatan harus tetap berjalan dan Dia yang harus menanggung-Nya. Bayangkan SS, kalau Tuhan tidak meneruskan pekerjaan-Nya ini, maka kita sudah tidak ada di sini lagi. Kita berada di dalam kebinasaan yang kekal. Terpisah selama-lamanya dengan kebahagiaan, sukacita, dan segala bentuk kedamaian.

Tetapi bukankah firman Tuhan berkata, “tetaplah berdoa!” bukankah ini berarti saya harus terus memohonkan keinginan saya sampai saya mendapatkannya? Bukan! Tetaplah berdoa artinya tetaplah bergantung kepada Tuhan agar kita mengerti apa rencana dan kehendak-Nya yang terbaik bagi kita. kalau SS saat ini sedang terus mendoakan sesuatu masalah dan masalah itu tidak kunjung selesai, maka sudah waktunya saudara mengubah doa dan tetap berdoa. Mungkin bukan lagi masalah itu agar selesai, tetapi agar kita diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi masalah itu.

Saya pernah sakit malaria dan sakitnya sangat tidak enak. Saya berdoa agar Tuhan sembuhkan tetapi tidak langsung sembuh tuh, butuh seminggu baru pulih. Maka selama beberapa hari itu, saya mengubah doa saya agar Tuhan beri saya kekuatan, kesabaran dan khususnya, apa yang dapat saya pelajari dari sakit saya itu. Banyak hal saya belajar, saya belajar apa itu kelemahan manusia dan perlunya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Saya belajar, manusia tidak ada yang bisa dibanggakan karena sekali sakit, tidak bisa mengerjakan apa-apa lagi selain beristirahat dan bergantung kepada orang lain. Saya juga belajar merenungkan kasih Tuhan ketika sakit.

Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, Jadilah kehendak-Mu!” Tuhan Yesus tidak main-main ketika berkata, “jadilah kehendak-Mu!” Dia mengulangnya kembali di dalam doa-Nya yang ketiga (ay. 44), “Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.” Dan tidak hanya mengulangnya tetapi Dia melakukannya. Tuhan berkata, “ . . . Lihatlah, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” Dan kalau kita baca bagian berikutnya bagian Matius ini maka kita akan sampai kepada Kristus yang tergantung di kayu salib bagi keselamatan kita.

Apakah kita hanya sebatas di mulut berkata, “Tuhan, jadilah kehendak-Mu!” kalau demikian, maka kita sebenarnya belum memahami apa arti doa. Jadi, apa yang bisa kita simpulkan di sini:

1. Ungkapkan seluruh isi hatimu kepada Tuhan karena Tuhan mendengar setiap seru doa kita. Dia memperdulikan hidup kita.

2. Tetaplah berdoa karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita anak-anak-Nya. Selalu datang mencari wajah-Nya.

3. Belajar firman Tuhan baik-baik agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita.

4. Ubahlah doamu bila Tuhan memiliki rencana dan kehendak-Nya dalam hidupmu.

5. Lakukanlah apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kalau Tuhan meminta kita bersabar, maka bersabarlah. kalau Tuhan berkata tidak kepada doa kita maka jangan meminta lagi. Kalau Tuhan mengarahkan kita kepada jalan yang lain maka berjalanlah ke arah itu. Tetapi ingat! Kepekaan kita adalah melalui firman Tuhan dan hubungan yang intim dengan Tuhan. Tuhan pun bisa memakai manusia lainnya dalam menyatakan maksud-Nya.


Selamat berdoa dan menantikan jawaban atas doa-Nya!