Friday, August 22, 2008

Heroes (3)

Pahlawan sejati

Di antara semua pahlawan yang ada di dalam sepanjang sejarah manusia, maka mau tidak mau kita harus memperhatikan dengan seksama kepada seorang pahlawan sejati yang tidak hanya menjadi pahlawan bagi banyak orang saja, tetapi bagi semua orang yang pernah lahir di tengah-tengah dunia ini, termasuk pahlawan-pahlawan yang ada. Dia adalah Tuhan kita, Yesus Kristus yang adalah pahlawan dari segala pahlawan yang ada. Apa yang diperbuatnya? Penyelamatan manusia dari kebinasaan. Dia adalah pahlawan sejati karena di saat manusia/pahlawan-pahlawan lain membanggakan/mengharapkan statusnya, Tuhan Yesus justru menanggalkan statusnya. Di dalam Filipi 2:6-8, Rasul Paulus dengan jelas memakai teladan Yesus untuk menunjukkan kepada jemaat Filipi arti mementingkan orang lain daripada diri sendiri dengan penggambaran pengosongan diri-Nya (menanggalkan statusnya sementara, tanpa menghilangkan jati diri-Nya sebagai Allah) sebagai Allah yang kemudian mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Di dalam ayat 6, kita melihat bahwa natur Allah (rupa Allah) di dalam diri Yesus tidak hilang yang menandakan Dia tetap Allah meskipun menjadi manusia. Yesus yang adalah Allah rela menundukkan diri-Nya demi menjalankan misi Allah Bapa yaitu keselamatan bagi umat pilihan-Nya. Pada akhirnya nanti di atas kayu salib, Yesus sebagai Allah yang dapat menanggung seluruh dosa manusia dan Yesus sebagai manusia yang menjadi wakil manusia yang terhukum, sehingga kamu dan saya tidak lagi menerima hukuman karena sudah digantikan oleh Pahlawan Sejati, Tuhan Yesus Kristus.


Melihat pengorbanan yang Kristus kerjakan bagi kita manusia yang berdosa, maka sudah sepantasnyalah kita mengelu-elukan Dia, menempatkan Dia sebagai pusat teladan dan pusat otoritas hidup kita. Apalagi kalau berbicara kepemilikan maka kita adalah milik-Nya, bukan lagi milik si Iblis yang “elek” itu. Banyak orang sekarang menggandrungi Samson, Nidji, Delon “idol”, dan artis-artis lainnya, sampai-sampai ada acara di televisi yang menampilkan seorang fans yang ngebet bertemu idolanya karena merasa melalui idolanya itu fans ini mendapatkan banyak inspirasi, wejangan, dan semangat hidup (padahal belum pernah bertemu). Hal ini sebenarnya masih dalam taraf wajar kalau apa yang diajarkan dan dicontohkan si idola adalah hal yang positif dan memang memberi semangat hidup. Masalahnya, ada banyak orang yang saking ngefansnya, maka tidak perduli idolanya baik atau buruk, ia tetaplah idolanya (bahkan ada juga ketika idolanya salah dan bermasalah masih dibela dengan membabi buta). Perlu kita ketahui bahwa manusia sangat terbatas dan mudah mengecawakan. Manusia sudah jatuh dalam dosa sehingga sangat rentan untuk mewariskan pengaruh-pengaruh buruk kepada sesamanya. Tetapi Kristus tidak! Ia tidak berdosa. Ia sempurna dan Yang sempurna ini seharusnya yang pantas dan layak kita elu-elukan sebagai idola/pahlawan kita.


Kalau demikian, apakah berarti kita tidak boleh mengagumi pahlawan yang ada di dunia ini dan meneladani perbuatan mereka? Saya tidak mengatakan gak boleh, tetapi yang terpenting adalah mengidolakan Kristus dalam hidup kita. Christ is number one! Kita harus akui bahwa Tuhan dapat memakai manusia—baik yang percaya kepada-Nya maupun yang tidak—untuk menyatakan hal-hal yang baik bagi dunia ini, misalnya Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Para Nabi dan Rasul di dalam Alkitab, dll. Namun segala kebaikan dan kebenaran yang mereka lakukan harus kita akui berasal dari Tuhan sehingga ketika kita mengagumi mereka, maka kita teringat kepada Tuhan yang lebih harus kita kagumi.


Paulus berani mengatakan, “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. Peliharalah harta yang indah yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita” (1Tim. 1:13-14). Maksud Paulus adalah agar Timotius, anak rohaninya, memegang erat segala pengajaran, suri teladan, perbuatan, iman, pendirian Paulus (lih. 1Tim. 3:10) karena Paulus pun meneladani Kristus. Dengan kata lain, Kristus dapat memakai, khususnya orang-orang yang dipilih-Nya, untuk menyatakan karakter Ilahi, maksud dan kehendak-Nya agar ketika orang lain meneladani Paulus, mereka melihat Kristus di dalamnya. Hak istimewa ini tidak diselewengkan Paulus. Ia berkata, “. . . Kristus adalah pengharapan akan kemuliaan! Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam Aku” (Kol. 1:27b-29). Paulus membawa orang yang mengikuti teladannya kepada kesempurnaan Kristus, bukan kesempurnaannya yang tentu tidak akan pernah sempurna selama masih di dunia ini. Kesempurnaan dalam Kristus inilah yang diusahakan dan digumulkannya. Kalau sudah demikian, apakah kita masih mau petantang petenteng menganggap diri kita pantas dikagumi? Paulus saja yang rohaninya jauh lebih baik dari kita membawa orang kepada Kristus, masakah kita yang rohaninya masih ece-ece membawa orang untuk mengagumi kita?

Heroes (2)


Pahlawan maya

Di samping pahlawan-pahlawan di atas, kita mengenal pahlawan dalam bentuk maya. Biasanya justru ini yang lebih menarik dibandingkan mengenal pahlawan-pahlawan di atas. Apa arti pahlawan maya? Pahlawan maya seperti Gaban, Batman, Superman, Spiderman, “Po” si Kungfu Panda dan Super Heroes lainnya, bahkan pahlawan bertopeng adalah pahlawan-pahlawan yang tidak nyata di dalam kehidupan kita. mereka memiliki kekuatan super yang tidak dimiliki oleh orang biasa pada umumnya. Mereka hanya beraksi di media-media televisi dan film, tetapi tidak pernah terjadi di dalam kehidupan yang sesungguhnya. Apa kerugian kita melihat dan menggandrungi pahlawan maya ini? (1) Kita akan kehilangan jati diri kita sebagai manusia. Biasanya anak-anak yang sudah dipengaruhi oleh pahlawan maya akan bertingkah laku seperti mereka seakan memiliki kekuatan super dan imortalitas (tidak dapat mati). Ini akan membawa bias bagi anak untuk mengetahui bahwa dirinya hanyalah manusia terbatas yang diciptakan Tuhan. Lama kelamaan mereka akan tidak membutuhkan Tuhan lagi karena pikirannya sudah dipengaruhi oleh kekuatan Super Heroes tersebut. Tidak heran, zaman ini manusia, khususnya anak-anak, sulit sekali diajarkan keterbatasan manusia dan kemahakuasaan Allah. (2) Mudah untuk melakukan hal yang bodoh. Beberapa kali saya mendengar berita bahwa ada anak yang dengan kain diikatkan di lehernya seperti Superman melompat dari tempat yang tinggi ke bawah. Ada yang luka-luka bahkan sampai meninggal. Demikian pula sewaktu acara gulat Amerika (WWF) gandrung di Indonesia, ada banyak berita yang menyatakan bahwa anak-anak meniru perbuatan dari pegulat-pegulat tersebut sehingga mengakibatkan banyak anak yang cedera. Anak-anak mudah sekali diprovokasi oleh pahlawan-pahlawan maya ini. (3) Pahlawan maya hanya akan menambah idola baru yang akan menggantikan posisi Tuhan di dalam hati manusia. Seringkali pahlawan-pahlawan demikian ditunggangi oleh Gerakan Zaman Baru (New Age Movement) yang mengutamakan potensi di dalam diri manusia ketimbang kuasa Allah. Bahkan cilakanya, di dalam konsep Gerakan Zaman Baru ini, manusia bisa menjadi Allah (melebihi perkataan si ular di dalam Kej. 3:5—menjadi seperti Allah) pada akhirnya asal manusia mau sungguh-sungguh memperjuangkannya dengan cara-cara seperti meditasi, Yoga, dan model spiritualisme lainnya.


Namun dari kelemahan-kelemahan ini, kita perlu akui ada kekuatan yang ditimbulkan oleh pahlawan maya ini: (1) Orang akan diajarkan untuk membela kebenaran dan keadilan. Ketika melihat pahlawan maya ini beraksi di film, mereka akan menyadari bahwa ada banyak orang yang memerlukan pertolongan. Ini sebenarnya mengajarkan mereka untuk memperhatikan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri. (2) ketika memiliki keinginan untuk menolong orang, maka kepercayaan diri mereka akan muncul. Kalau begitu, perlukah kita menggandrungi pahlawan maya ini? Bagi saya, mengenal dan mengetahui pahlawan maya boleh-boleh saja. Tetapi pahlawan maya ini tidak boleh menggantikan posisi Tuhan di dalam hati kita. Bila pahlawan maya ini sudah menjadi kebanggaan kita melebihi Tuhan, maka kita sudah harus berhati-hati.

Thursday, August 21, 2008

Heroes (1)


Pendahuluan


Setiap saya mendengar kata “pahlawan,” hati saya dilingkupi dengan kekaguman. Yang membuat saya kagum adalah, seorang pahlawan rela berjuang dan berkorban dengan meneteskan darahnya, keringatnya, air matanya, hartanya, waktunya, tenaganya sampai titik penghabisan. Kadang saya bertanya-tanya di dalam hati, mengapa mereka mau melakukan semua perjuangan dan pengorbanan ini? Jawabannya adalah mereka merindukan sebuah perubahan terjadi di dalam kehidupan banyak orang, tidak hanya perubahan bagi dirinya sendiri. Bagaimana kita sebagai anak Tuhan menyikapi pahlawan-pahlawan yang sudah meninggalkan kita maupun yang saat ini masih berjuang di sekeliling kita? Mungkin langkah awal adalah kita mengingat mereka.


Mengenal pahlawan


Pahlawan di dalam setiap sejarah manusia sudah berjuta-juta orang, dari pahlawan di dalam Alkitab, pada masa Kerajaan-kerajaan, Perang Dunia I dan II, reformasi, sampai saat sekarang yang masih berjuang. Kalau dihitung-hitung, maka terlalu panjang daftarnya. Sebagai contoh di Indonesia, sejarah mencatat bagaimana Hayam Wuruk, Gajah Mada, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman, Bung Karno, Bung Hatta, si Pitung, Elang dan Wawan (mahasiswa yang mati dalam peristiwa Trisaksi dan Semanggi) berjuang dan berkorban demi kepentingan banyak orang. Kita dapat mengenal mereka melalui buku-buku yang dijual. Ada di dalam bentuk Biografi, rangkuman sejarah dunia, maupun di dalam ensiklopedia. Selain buku, kita juga dapat memperoleh kejelasan melalui website-website sejarah (silakan search di Yahoo atau Goggle). Penting sekali kita mencari dan mengupayakan pengenalan kita agar kita dapat mengenal siapakah para pahlawan ini sebelum mengikuti suri teladannya.