Tuesday, January 29, 2008

Warning 4 us!

Tahun 2040: 2000 pulau tenggelam
Mungkin Anda menduga, udara yang akhir-akhir ini makin panas, bukanlahsuatu masalah yang perlu kita risaukan. "Mana mungkin sih tindakan satu-dua makhluk hidup di jagat semesta bisa mengganggu kondisi planet bumi yang mahabesar ini?" barangkali begitulah Anda berpikir.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) mempublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (33 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh. Dan jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah dipesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Di Indonesia, gejala serupa sudah terjadi. Sepanjang tahun 1980-2002, suhu minimum kota Polonia (Sumatera Utara) meningkat 0,17o C per tahun. Sementara, Denpasar mengalami peningkatan suhu maksimum hingga 0,87 o C pertahun. Tanda yang kasat mata adalah menghilangnya salju yang dulu menyelimuti satu-satunya tempat bersalju di Indonesia, yaitu Gunung Jayawijaya di Papua. Hasil studi yang dilakukan ilmuwan di Pusat Pengembangan Kawasan Pesisir dan Laut, Institut Teknologi Bandung (2007), pun tak kalah mengerikan. Ternyata, permukaan air laut Teluk Jakarta meningkat setinggi 0,8 cm. Jika suhu bumi terus meningkat, maka diperkirakan, pada tahun 2050 daerah-daerah di Jakarta (seperti : Kosambi, Penjaringan, dan Cilincing) dan Bekasi (seperti : Muaragembong, Babelan, dan Tarumajaya) akan terendam semuanya.
Dengan adanya gejala ini, sebagai warga negara kepulauan, sudah seharusnya kita khawatir. Pasalnya, pemanasan global mengancam kedaulatan negara. Es yang meleleh di kutub-kutub mengalir ke laut lepas dan menyebabkan permukaan laut bumi - termasuk laut di seputar Indonesia - terus meningkat. Pulau-pulau kecil terluar kita bisa lenyap dari peta bumi, sehingga garis kedaulatan negara bisa menyusut. Dan diperkirakan dalam 30 tahun mendatang sekitar 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Bukan hanya itu, jutaan orang yang tinggal di pesisir pulau kecil pun akan kehilangan tempat tinggal.
Begitu pula asset-asset usaha wisata pantai. Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (disebut juga gelombang panas / inframerah) yang dipancarkan bumi oleh gas-gas rumah kaca (efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap di dalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar). Gas-gas ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan-lapisan teratas atmosfer, makin leluasa radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Pada gilirannya, radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panas, sehingga kian meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca tadi.
Karbondioksida (CO2) adalah gas terbanyak (75%) penyumbang emisi gas rumah kaca. Setiap kali kita menggunakan bahan bakarfosil (minyak, bensin, gas alam, batubara) untuk keperluan rumah tangga, mobil, pabrik, ataupun membakar hutan, otomatis kita melepaskan CO2 ke udara. Gas lain yang juga masuk peringkat atas adalah metan (CH4,18%), ozone (O3,12%), dan clorofluorocarbon (CFC,14%). Gas metan banyak dihasilkan dari proses pembusukan materi organic seperti yang banyak terjadi di peternakan sapi. Gas metan juga dihasilkan dari penggunaan BBM untuk kendaraan. Sementara itu, emisi gas CFC banyak timbul dari sistem kerja kulkas dan AC model lama. Bersama gas-gas lain, uap air ikut meningkatkan suhu rumah kaca. Gejala sangat kentara dari pemanasan global adalah berubahnya iklim. Contohnya, hujan deras masih sering datang, meski kini kita sudah memasuki bulan yang seharusnya sudah terhitung musim kemarau. Menurut perkiraan, dalam 30 tahun terakhir, pergantian musim kemarau ke musim hujan terus bergeser, dan kini jaraknya berselisih nyaris sebulan dari normal.
Banyak orang menganggap, banjir besar bulan Februari lalu yang merendam lebih dari separuh DKI Jakarta adalah akibat dari pemanasan global saja. Padahal 35% rusaknya hutan kota dan hutan di Puncak adalah penyebab makin panasnya udara Jakarta. Itu sebabnya, kerusakan hutan di Indonesia bukan hanya menjadi masalah warga Indonesia , melainkan juga warga dunia. Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), mengatakan, Indonesia pantas malu karena telah menjadi Negara terbesar ke-3 di dunia sebagai penyumbang gas rumah kaca dari kebakaran hutan dan pembakaran lahan gambut (yang diubah menjadi permukiman atau hutan industri). Jika kita tidak bisa menyelamatkan mulai dari sekarang, 5 tahun lagi hutan di Sumatera akan habis, 10 tahun lagi hutan Kalimantan yang habis, 15 tahun lagi hutan diseluruh Indonesia tak tersisa. Di saat itu, anak-anak kita tak lagi bisa menghirup udara bersih. Jika kita tidak secepatnya berhenti boros energi, bumi akan sepanas planet Mars. Tak akan ada satupun makhluk hidup yang bisa bertahan, termasuk anak-anak kita nanti.
Cara-cara praktis dan sederhana 'mendinginkan' bumi :
1. Matikan listrik. (jika tidak digunakan, jangan tinggalkan alat elektronik dalam keadaan standby. Cabut charger telp. genggam dari stop kontak. Meski listrik tak mengeluarkan emisi karbon, pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar fosil penyumbang besar emisi).
2. Ganti bohlam lampu ke jenis CFL, sesuai daya listrik. Meski harganya agak mahal, lampu ini lebih hemat listrik dan awet).
3. Bersihkan lampu (debu bisa mengurangi tingkat penerangan hingga 5%).
4. Jika terpaksa memakai AC....Tutup pintu dan jendela selama AC menyala. Atur suhu sejuk secukupnya, sekitar 21-24o C).
5. Gunakan timer (untuk AC, microwave, oven, magic jar, dll).
6. Alihkan panas limbah mesin AC untuk mengoperasikan water-heater.
7. Tanam pohon di lingkungan sekitar Anda.
8. Jemur pakaian di luar. Angin dan panas matahari lebih baik ketimbang memakai mesin (dryer) yang banyak mengeluarkan emisi karbon.
9. Gunakan kendaraan umum (untuk mengurangi polusi udara).
10. Hemat penggunaan kertas (bahan bakunya berasal dari kayu).
11. Say no to plastic. Hampir semua sampah plastic menghasilkan gas berbahaya ketika dibakar. Atau Anda juga dapat membantu mengumpulkannya untuk didaur ulang kembali.
12. Sebarkan berita ini kepada orang-orang di sekitar Anda, agar mereka turut berperan serta dalam menyelamatkan bumi.
May Jesus Christ help us to do our part!

Sunday, January 27, 2008

Lapangkan Dadamu!

Galatia 2:1-21

Sebuah ungkapan mengatakan, ”Tidak ada gading yang tak retak.” Artinya, tidak ada seorangpun manusia di dunia ini yang sempurna. Setiap manusia pasti akan melakukan kesalahan di dalam hidupnya.
Petrus (Kefas) adalah salah satu orang yang disebut sebagai sokoguru jemaat (pendiri jemaat; ay. 9). Tentu sebagai sokoguru jemaat ia digugu (diteladani) dan ditiru. Meski demikian, tidak sepenuhnya Petrus dapat digugu dan ditiru. Ia melakukan kesalahan dengan menjadi munafik ketika mengundurkan diri dari perkumpulan saudara-saudara yang tidak bersunat karena takut akan saudara-saudara yang bersunat (ay. 11-14). Ironisnya, peristiwa ini terjadi setelah Petrus beserta kedua rasul lain mengakui pelayanan Paulus kepada saudara-saudara yang tidak bersunat sebagai pelayanan yang sangat penting.
Paulus sebagai saudara seiman dan sepelayanan Petrus mengingatkan Petrus atas kesalahannya. Paulus perlu sekali melakukan hal demikian, karena bagi Paulus, jemaat Tuhan harus diajarkan untuk tidak kembali kepada hukum Taurat melainkan kepada kasih karunia Allah (ay. 16, 18, 21). Ketika jemaat kembali kepada hukum Taurat, maka mereka akan memaksakan setiap orang untuk disunat seperti aturan hukum Taurat, jika tidak disunat, maka mereka tidak menjadi bagian dari keselamatan Allah dan akan dijauhkan dari komunitas. Tentu hal ini keliru, karena, ” . . . tidak ada seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus” (ay. 16).
Ketika saudara adalah seorang yang digugu dan ditiru (kita semua sebagai anak-anak Terang), maka kita harus berani mengakui kesalahan kita ketika orang lain menegur atau memberi masukan. Melalui sesama kita, maka kita akan semakin terasah di dalam karakter dan dalam mengikut Yesus. Bukankah kita diperintahkan untuk menyerupai Kristus?
Ketika kesalahan kita terbuka, itu bukan akhir dari segalanya, melainkan sebuah awal perubahan

Friday, January 18, 2008

Mendapatkan Tuhan Lebih Dari Apapun

Ayub 42:1-17

Doa adalah ekspresi kasih kita kepada Tuhan atas segala kemurahan yang telah ditunjukkan-Nya kepada kita. Dengan doa, kita rindu mendekat kepada Tuhan seperti seorang anak yang merindukan pelukan dan gendongan ayahnya dan ibunya. Doa tidak seharusnya menjadi alat meminta kepada Tuhan, melainkan sebuah kerinduan untuk mengucap syukur atas apa yang sudah diberikan-Nya dan mengerti kehendak dan rencana-Nya atas apa yang tidak (atau belum) diberikan-Nya.

Ayub selama ± 20 pasal mengajukan permohonan, permintaan, keluh kesah, dan kekecewaannya kepada Tuhan. Saat-saat itu, Allah tidak menjawab sedikitpun sampai pasal 37. Tetapi setelah Tuhan menjawabnya di pasal 38-41, Ayub menyesal bahwa apa yang pernah dimintanya lahir dari ketidakmengertiannya kepada rencana Tuhan. Sekarang, Ayub tidak peduli dengan apa yang sudah diambil daripadanya (harta, keluarga), karena mendapatkan Tuhan lebih dari segalanya. Ayub tidak meminta kepada Tuhan selain dari apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya untuk berdoa bagi teman-temannya yang sudah mengecewakan hati Tuhan (ay. 7).

Melalui permintaan Ayub, Tuhan mengampuni teman-teman Ayub (ay. 9). Tidak hanya itu, Tuhan pun memberkati Ayub dengan berlimpah-limpah (ay. 10-16), tanpa sedikitpun Ayub meminta Tuhan memulihkan keadaannya. Firman Tuhan hanya mengatakan, ”Lalu Tuhan memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu” (ay. 10).

Tuhan bisa memberikan tanpa kita meminta/berdoa kepada-Nya, karena Dia Mahapemurah dan Mahakuasa. Tetapi Tuhan akan menahan jawaban doa kita agar kita datang kepada-Nya, karena yang Tuhan inginkan adalah kita mendekat kepada-Nya—mendapatkan-Nya lebih dari apapun juga.
Doa adalah ekspresi kasih kita kepada Tuhan atas segala kemurahan-Nya bagi kita.

Tuesday, January 8, 2008

Bagaimana Rasanya Jatuh Cinta?

Mazmur 119:153-176

Lihatlah, betapa aku mencintai titah-titah-Mu! Ya Tuhan, hidupkanlah aku sesuai dengan kasih setia-Mu” (ay. 159).
Membaca bagian Mazmur ini membangkitkan perasaan saya kembali kepada bagaimana rasanya ketika sedang jatuh cinta. Bagaimana tidak? Saya mencatat setidaknya ada 4 kali (ada 13 kali di dalam seluruh Mazmur 119) kata ”cinta” dipakai Pemazmur untuk menyatakan perasaannya kepada titah Tuhan (ay. 159), Taurat-Nya (ay. 163, 165), dan peringatan-peringatan-Nya (ay. 167). Dan lebih hebatnya lagi, Pemazmur sampai 7 kali dalam sehari memuji Tuhan karena hukum-hukum Tuhan yang adil (ay. 164; melebihi makan nasi atau obat yang hanya 3-4 kali sehari). Pemakaian jumlah 7 kali di dalam Alkitab biasanya menunjukkan jumlah yang sempurna/penuh yang berarti Pemazmur selalu rindu dan kebelet untuk selalu memuji Tuhan atas firman-Nya tanpa henti-hentinya.
Ketika saya (atau saudara) ”jatuh cinta” kepada seseorang, hobi atau sebuah benda, saya percaya kita akan selalu rindu untuk menemui dan mengenal kehidupannya (seseorang); kita akan melakukannya, mengutak-atiknya dan akan kita pelototin sepanjang hari (hobi/benda).
Tetapi mengapa hal demikian sangat sulit untuk kita lakukan terhadap firman Tuhan? Mengapa waktu Saat Teduh kita porsinya lebih sedikit daripada hobi kita? Mengapa kita lebih kuat menghabiskan waktu kita bercengkerama dengan pasangan kita lebih daripada Kekasih Jiwa kita?
Pemazmur sebenarnya menyadari pula segala kelemahannya yang terkadang ”hilang” dari jalan Tuhan. Dengan segala kekuatiran dan tekanan hidupnya, Pemazmur kadang lebih memikirkan hidupnya daripada Tuhannya. Karena itu, Pemazmur dengan segala kerendahan hati memohonkan pertolongan Tuhan untuk tetap menjaganya dari hubungan dengan Tuhan; karena dari Tuhan sajalah kekuatan dan pertolongannya ada.
Biarlah kita pun dengan segala kerendahan hati memohon kepada Tuhan untuk ”menarik” kita selalu dekat dengan-Nya.