Tuesday, February 10, 2009

Inilah kasih itu!

“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1Yoh. 4:10)

Seluruh dunia sebentar lagi merayakan hari kasih sayang. Seluruh dunia sepakat untuk menunjukkan kasihnya kepada orang-orang yang mereka kasihi, berupa perhatian, hadiah, dan suasana romantis. Tetapi sejarah membuktikan bahwa dunia justru semakin kehilangan makna kasih. Kasih dunia sangat menuntut persyaratan, Kasih diumbar di dalam nafsu, kasih direndahkan di dalam bentuk materi seperti sogokan, pengagungan kasih yang hanya 1 hari dianggap cukup untuk menutupi segala kemarahan, kedengkian dan perselisihan, setelah itu, kasih hanya menjadi tertawaan dunia. Masihkah kita merayakan hari kasih sayang yang demikian? Bagaimana seharusnya kita sebagai orang-orang yang ada di dalam Tuhan merayakan hari kasih sayang ini?

1. Renungkanlah firman Tuhan karena makna kasih yang sejati di dalam firman Tuhan. Frasa “inilah kasih itu” memberitahukan kita bahwa firman Tuhan memiliki makna kasihnya sendiri—tentu yang berbeda dengan dunia. Sebagai anak-anak Tuhan, kita seharusnya tidak mencari makna kasih di luar dari kebenaran firman Tuhan.

2. Berdoalah dan ucapkanlah syukur atas kasih Allah yang tak bersyarat. Frasa “bukan kita yang telah mengasihi Allah” menunjukkan bahwa kita tidak akan pernah mampu mengasihi Allah kalau Allah tidak terlebih dahulu mengasihi kita. Tidak ada setitik pun hidup kita yang mampu memenuhi syarat untuk dikasihi Tuhan, selain daripada inisiatif kasih Allah itu sendiri.

3. Kasihi setiap orang dengan kekudusan dan ketulusan karena kasih sejati itu sebuah kesadaran, bukan hawa nafsu. Frasa “tetapi Allah yang telah mengasihi kita” menunjukkan sebuah kesadaran dan keinginan dari Allah yang timbul dari pikiran, hati, rencana dan kehendak-Nya yang kudus untuk mengasihi manusia—bukan seperti hawa nafsu manusia yang murahan.

4. Beritakanlah kasih Allah karena kasih-Nya tidak murahan tetapi mahal harganya. Frasa “dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian dosa-dosa kita” menunjukkan kasih Allah itu mahal harganya karena yang datang adalah Allah sendiri di dalam diri Tuhan Yesus. Kasih seperti ini yang mendamaikan kita yang berdosa dengan Allah yang kudus sehingga kita menjadi kudus di hadapan-Nya.

5. Jadilah orang-orang yang mengasihi sampai akhir hidup kita karena kasih yang sejati tidak hanya 1 hari tetapi selamanya. Kata “mengasihi dan mengutus” yang Allah kerjakan adalah sebuah perbuatan yang dilakukan sekali untuk selamanya. Allah mengasihi manusia dengan kasih-Nya yang kekal. “ . . . Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (Yer. 31:3).

Selamat hari kasih sayang Tuhan!