Getsemani adalah sebuah tempat yang subur. Di dalam bahasa Ibrani, kata Getsemani diartikan lembah yang gemuk atau lembah Zaitun karena ada banyak pohon Zaitun di sana. Pohon Zaitun sangat berguna sekali bagi masyarakat pada waktu itu untuk obat, bumbu masakan, dll.
Tetapi malam itu kesuburan dan kenyamanan taman Getsemani tertutup oleh dukacita dan kepedihan Allah kita. Tidak ada di dalam bagian firman Tuhan lain yang mencatat di mana Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (ay. 38). Dan ini menjadi tempat kedua di mana Yesus paling merasakan kesepian dan kesendirian, selain daripada ketika Dia di kayu salib dan berteriak Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan-Ku. Jadi, Getsemani yang dikatakan lembah kesuburan telah menjadi lembah kekelaman bagi Tuhan kita.
Tetapi justru di dalam lembah kekelaman inilah, Ia menemukan cara terbaik untuk menemukan kedamaian. Kedamaian yang bukan didapatkan dari kesejukan dan kenyamanan taman Getsemani yang subur, karena kedamaian ini bersifat fana adanya, melainkan dari Allah Bapa sendiri. Tuhan Yesus berdoa!
Seringkali manusia di dalam lembah kekelaman hidupnya selalu berusaha menemukan kedamaian di luar Tuhan. Mereka mencarinya kepada kesenangan yang sementara. Stres maka merokok. Banyak hutang maka berjudi. Tidak harmonis dengan keluarga maka selingkuh atau cerai. Sangkanya dengan cara-cara demikian, maka kedamaian akan mereka dapatkan. Tetapi buktinya apa? mereka hanya menggantikan masalah yang satu dengan masalah yang lain yang semakin rumit. Akhirnya, manusia hidup seperti orang yang menutup lubang tetapi harus menggali lubang agar tanah yang digali dapat menutupi lubang. Terus dan terus tidak ada hentinya.
Tuhan Yesus tidak demikian. Dia memberikan kita sebuah gambaran hidup yang utuh dan terbaik bagi manusia. Menemukan kedamaian sejati di dalam Allah yaitu melalui doa.
Doa adalah komunikasi kita dengan Allah. Doa adalah menyadari bahwa Allah itu ada dan mendengarkan kita berbicara kepada-Nya. Doa adalah sebuah permohonan kepada-Nya. Masalahnya adalah seringkali kita berdoa mengharapkan jawaban yang cepat, instan, dan sesuai dengan keinginan kita. ini dikarenakan kedagingan kita sehingga tidak jarang kita seakan-akan memaksa Tuhan untuk menuruti semua keinginan kita di dalam doa. Kita sering pakai ayat di Alkitab di dalam Matius 7:7-8, “mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Tuh kan, ayat ini bilang saya boleh minta apa saja kepada Tuhan dan saya pasti akan menerimanya.
Nanti dulu! Ayat ini mengajarkan kita untuk datang menghadap Tuhan dan mengajukan permohonan kepada-Nya. Tetapi jangan berhenti sampai di situ. Baca bagian berikutnya yang mengatakan bahwa, “Tuhan akan memberikan apa yang baik bagi kita.” Kalau permintaan kita hanya untuk memuaskan keinginan kita dan tidak memuliakan Allah maka Tuhan tidak akan menjawabnya, Yakobus 4:2b-3, “kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Roh memang penurut tetapi daging itu lemah. Misalnya, anak kita yang masih kecil minta pisau, maka kita tahu bahwa yang baik baginya adalah tidak bermain-main dengan pisau. Maka kita tidak akan memberikan kepadanya bukan? Maka sebenarnya berdoa bukan sekedar meminta kepada Allah tetapi bagaimana mengerti dan memahami rencana dan kehendak-Nya dalam hidup kita. di dalam 1 Yohanes 5:14 berkata, “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”
Tuhan Yesus di dalam bagian yang kita baca juga melakukan permohonan kepada Allah Bapa di sorga. Ketika dekat waktunya Ia akan menjalankan karya keselamatan itu, Ia merasakan kegentaran yang amat sangat sampai di catat di Lukas 22:44, “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya (keringat-Nya) menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” Apa yang Yesus mohonkan kepada Allah Bapa di sorga? Ia memohon jikalau sekiranya mungkin, cawan penderitaan itu tidak dijalani-Nya.
SS, apakah salah kalau kita minta dan memohon kepada Tuhan segala yang kita inginkan? Tidak! Secara manusia, ini menjadi sebuah bukti kebutuhan dan kebergantungan manusia kepada Tuhan. Ketika kita sakit, kita berdoa mohon kesembuhan. Ketika usaha kita tidak lancar, maka kita minta berkat. Ketika hubungan kita dengan keluarga atau teman tidak baik, kita minta kasih itu mengalir. Kalau mau dipikir-pikir apa yang kita minta/kuatirkan tidak pernah sebanding dengan permohonan Yesus. permohonan Yesus adalah permohonan yang wajar sebenarnya untuk dijawab karena Dia tidak layak menerima salib. Ia tidak berdosa. Ia adalah Allah yang mulia. Ia tidak pernah berbuat salah, tetapi disalahkan. Ia memang pantas kalau meminta cawan penderitaan itu lalu daripada-Nya.
Tetapi kita melihat bahwa Tuhan Yesus tidak berhenti hanya kepada meminta. Ia berdoa, “tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Jawaban doa bergantung kepada Allah! Jawaban doa tidak pernah mengubah rencana Allah yang kekal! Yang berubah adalah rencana kita. permohonan kita.
Pada suatu hari seorang wanita sedang membimbing keponakannya belajar.Tapi tidak seperti biasanya, kali ini keponakannya tidak bisa berkonsentrasi. Ternyata salah satu kelerengnya hilang. Tiba - tiba anak itu berkata, "Bi, bolehkah aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku ?" Ketika bibinya mengizinkan, anak itu lalu berlutut di dekat kursinya, menutup matanya dan berdoa dengan sungguh - sungguh. Selesai berdoa dia bangkit berdiri dan melanjutkan pelajarannya. Keesokan harinya, bibinya yang takut doa keponakannya tidak terjawab, dan dengan demikian akan melemahkan imannya, dengan khawatir bertanya, "Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu ?" "Tidak, Bi" Jawab anak itu, "tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi." Alangkah indahnya iman anak itu. Allah memang tidak selalu menjawab doa kita menurut kehendak kita, tetapi jika kita tulus berdoa, Dia akan mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
Ini yang seharusnya menjadi pengharapan kita ketika berdoa kepada Tuhan. Kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kita.
Nah, bagaimana kita dapat mengenali kehendak Tuhan dalam hidup kita? Tentu kita harus mengenal dengan dalam Allah kita. dan cara satu-satunya adalah melalui firman Tuhan kita dapat mengenal-Nya. Tuhan Yesus mengenal dengan baik Allah Bapa karena mereka adalah Allah Tritunggal. Di dalam doa kedua-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya. . . ” Tuhan Yesus tahu betul bahwa salib itu harus dijalani oleh diri-Nya yang sempurna. Penebusan manusia harus dengan manusia lainnya. Dan hanya Yesus yang layak karena semua manusia di dalam dunia sudah berdosa, maka hanya Dialah satu-satunya jalan kepada penebusan karena Dia adalah sempurna, tak bercacat. Inilah alasan mengapa keselamatan harus melalui Yesus saja karena hanya Dia yang bisa menghapus dosa manusia, menggantikan posisi manusia yang seharusnya binasa.
Tuhan Yesus tidak lagi berdoa agar cawan itu lalu daripada-Nya karena Dia memiliki pemahaman yang sempurna bahwa keselamatan harus tetap berjalan dan Dia yang harus menanggung-Nya. Bayangkan SS, kalau Tuhan tidak meneruskan pekerjaan-Nya ini, maka kita sudah tidak ada di sini lagi. Kita berada di dalam kebinasaan yang kekal. Terpisah selama-lamanya dengan kebahagiaan, sukacita, dan segala bentuk kedamaian.
Tetapi bukankah firman Tuhan berkata, “tetaplah berdoa!” bukankah ini berarti saya harus terus memohonkan keinginan saya sampai saya mendapatkannya? Bukan! Tetaplah berdoa artinya tetaplah bergantung kepada Tuhan agar kita mengerti apa rencana dan kehendak-Nya yang terbaik bagi kita. kalau SS saat ini sedang terus mendoakan sesuatu masalah dan masalah itu tidak kunjung selesai, maka sudah waktunya saudara mengubah doa dan tetap berdoa. Mungkin bukan lagi masalah itu agar selesai, tetapi agar kita diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi masalah itu.
Saya pernah sakit malaria dan sakitnya sangat tidak enak. Saya berdoa agar Tuhan sembuhkan tetapi tidak langsung sembuh tuh, butuh seminggu baru pulih. Maka selama beberapa hari itu, saya mengubah doa saya agar Tuhan beri saya kekuatan, kesabaran dan khususnya, apa yang dapat saya pelajari dari sakit saya itu. Banyak hal saya belajar, saya belajar apa itu kelemahan manusia dan perlunya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Saya belajar, manusia tidak ada yang bisa dibanggakan karena sekali sakit, tidak bisa mengerjakan apa-apa lagi selain beristirahat dan bergantung kepada orang lain. Saya juga belajar merenungkan kasih Tuhan ketika sakit.
Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, Jadilah kehendak-Mu!” Tuhan Yesus tidak main-main ketika berkata, “jadilah kehendak-Mu!” Dia mengulangnya kembali di dalam doa-Nya yang ketiga (ay. 44), “Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.” Dan tidak hanya mengulangnya tetapi Dia melakukannya. Tuhan berkata, “ . . . Lihatlah, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” Dan kalau kita baca bagian berikutnya bagian Matius ini maka kita akan sampai kepada Kristus yang tergantung di kayu salib bagi keselamatan kita.
Apakah kita hanya sebatas di mulut berkata, “Tuhan, jadilah kehendak-Mu!” kalau demikian, maka kita sebenarnya belum memahami apa arti doa. Jadi, apa yang bisa kita simpulkan di sini:
1. Ungkapkan seluruh isi hatimu kepada Tuhan karena Tuhan mendengar setiap seru doa kita. Dia memperdulikan hidup kita.
2. Tetaplah berdoa karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita anak-anak-Nya. Selalu datang mencari wajah-Nya.
3. Belajar firman Tuhan baik-baik agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita.
4. Ubahlah doamu bila Tuhan memiliki rencana dan kehendak-Nya dalam hidupmu.
5. Lakukanlah apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kalau Tuhan meminta kita bersabar, maka bersabarlah. kalau Tuhan berkata tidak kepada doa kita maka jangan meminta lagi. Kalau Tuhan mengarahkan kita kepada jalan yang lain maka berjalanlah ke arah itu. Tetapi ingat! Kepekaan kita adalah melalui firman Tuhan dan hubungan yang intim dengan Tuhan. Tuhan pun bisa memakai manusia lainnya dalam menyatakan maksud-Nya.
Selamat berdoa dan menantikan jawaban atas doa-Nya!