Yohanes 21:15-19
Ada banyak orang Kristen yang mengaku Kristen tetapi sebenarnya tidak seperti orang Kristen seharusnya. Ada banyak orang Kristen mengaku mengasihi Tuhan, tetapi hanya kelihatannya saja, tetapi yang sebenarnya tidak. Firman Tuhan kali ini menguji hati kita, apakah kita benar-benar anak Tuhan yang mengasihi Dia.
Ada banyak hamba Tuhan yang melihat bagian ini adalah Tuhan sedang meragukan kasih petrus. Tetapi Tuhan tidak sedang meragukan kasih Petrus (Dia tidak pernah ragu-ragu, segala yang dilakukan-Nya dan dipertanyakan-Nya selalu mantap) tetapi Tuhan Yesus sedang mengukur kasih dari Petrus di dalam tiga hal penting melalui pertanyaan-Nya.
Pertanyaan Tuhan ini pun adalah pertanyaan yang sedang mengukur kasih kita kepada-Nya, Apakah kita mengasihi Tuhan?
1. Pertanyaan 1 Tuhan sedang mengukur prioritas kasih kita.
“mereka ini” bisa mengandung tiga maksud:
a. apakah Petrus mengasihi Tuhan lebih daripada Petrus mengasihi teman-temannya?
Dengan kata lain, Apakah kita lebih mengasihi suami, istri, anak, orangtua, dll lebih daripada kita mengasihi Tuhan? Kita lebih menurut kepada orang yang dekat dengan kita daripada kita menuruti Tuhan. Kita lebih taat kepada keinginan keluarga, perusahaan kita sehingga kompromi dengan dosa. Apakah hal ini yang sedang kita lakukan?
b. Apakah Petrus lebih mengasihi pekerjaannya (nelayan) daripada mengasihi Yesus?
Dengan kata lain, Apakah kita lebih mengasihi hobi kita, pekerjaan kita? Kita mati-matian mencari barang yang kita suka atau mengerjakan pekerjaan kita seharian, tetapi tidak mati-matian mencari tahu apa yang dimaksud Tuhan di dalam Mazmur 23, atau firman Tuhan yang lain. Apakah ini yang sedang kita lakukan?
c. Apakah Petrus mengasihi Tuhan lebih daripada kasih murid-murid lain kepada Yesus?
Dengan kata lain, Apakah kita tidak pernah terpacu untuk mengasihi Tuhan lebih daripada teman-teman, orangtua, istri, suami atau anak-anak kita mengasihi Tuhan? Kita melihat mereka sangat mengasihi Tuhan dan kita hanya berkata, “ah, cukuplah mereka yang melayani, ah, cukuplah mereka yang baca Alkitab dan berdoa.” Ketika bpk/ibu mendengar p Beni mengutarakan kedekatan-Nya dengan Tuhan setiap hari di dalam pujian, pembacaan Alkitab dan dalam doa, apakah kita punya kerinduan untuk, “ya, Tuhan, saya ingin merasakan yang sama seperti itu , bahkan ingin lebih lagi merasakan kedekatan dengan Tuhan.” Pernahkah bpk/ibu?
Apapun maksud dari ketiga hal di atas, semua bisa diterima karena semuanya dimaksudkan apakah prioritas kasih kita kepada Tuhan. Tuhan mengajarkan untuk kita mengasihi Tuhan lebih daripada siapapun juga (Mat. 10:37; Luk. 14:26), mengasihi Tuhan lebih daripada apa yang kita lakukan (Mark. 1:16-18; Luk. 5:1-11), dan mengasihi Tuhan lebih dan lebih lagi (Yoh. 6:67-69; 13:36-38; 21:18-19). Tuhan sedang bertanya kepada saudara saat ini, “apakah prioritas kasihmu adalah Aku?”
2. Pertanyaan 2 Tuhan sedang mengukur integritas kasih kita
Pertanyaan kedua semakin bertambah bobotnya karena yang diukur di sini dari Petrus adalah integritas kasihnya. Integritas kasih adalah sesuatu yang genuine murni. Artinya, apa adanya kasih itu. Biasanya bila kita dihadapkan kepada sebuah pembanding misalnya seperti pada pertanyaan pertama yang dibandingkan dengan orang lain, hobi, pekerjaan maka biasanya kita akan langsung mudah menjawabnya karena kita merasa tertantang untuk lebih memilih yang baik.
Saya pernah diberi tebakan, “bagaimana menjatuhkan seekor monyet yang sedang ada di atas pohon kelapa? Kasih angin ribut? Tidak justru monyet itu akan berpegangan sekuat tenaganya. Jawabannya adalah dengan angin sepoi-sepoi karena monyet itu akan ngantuk dan tertidur sehingga pegangan akan lepas.”
Bukankah orang Kristen juga seperti demikian, “kita berdoa atau datang kepada Tuhan kalo ada masalah, sedangkan kalo lagi bahagia, kita cenderung bersenang-senang tanpa memikirkan Tuhan. Atau ketika kita melayani, maka kita akan melayani dengan giat ketika dilihat orang tetapi ketika tidak ada yang melihat atau menghargai pelayanan kita maka kita akan menggerutu atau malas-malasan.”
Kalau betul kita memiliki integritas kasih, maka kita akan mengasihi Tuhan senantiasa dalam segala keadaan. Baik doa kita dijawab atau tidak dijawab Tuhan, atau pelayanan kita dihargai orang atau tidak, kita akan selalu memiliki kasih yang murni kepada Tuhan.
Petrus masih dapat dengan mudah menjawabnya karena dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengasihi Tuhan lebih daripada semua yang dimilikinya, dan sejenak dia memiliki keteguhan hati untuk memiliki integritas di hadapan Tuhan. Tuhan saat ini sedang bertanya kepada saudara, bagaimana integritas kasih saudara? Apakah saudara memiliki kasih yang murni di dalam segala keadaan?
3. pertanyaan 3 Tuhan sedang mengukur bukti kasih kita
Pertanyaan ketiga ini adalah pertanyaan yang semakin berat bagi Petrus, Karena yang diukur di sini adalah bukti kasih Petrus kepada Tuhan. Tidak heran, Petrus sedih ketika mendengar Tuhan bertanya untuk yang ketiga kali kepadanya, “Simon apakah engkau mengasihi Aku?” Petrus sedih, Karena Petrus teringat akan penyangkalannya kepada Tuhan Yesus. Di saat ia harus membuktikan prioritas dan integritas kasihnya kepada Tuhan, justru ia gagal. Petrus tidak cukup menunjukkan bukti kasihnya kepada Tuhan. Ia gagal dalam pembuktian kasih! Apalagi ketika dibandingkan dengan bukti kasih Yesus yang sudah mati di atas kayu salib, dengan kata lain, Tuhan berkata, “Aku sudah mati di atas kayu salib untuk menunjukkan bukti-Ku mengasihimu. Apa buktimu Petrus di dalam mengasihi-Ku? Apa bukti saudara kalau saudara mengaku mengasihi Yesus?”
Kegagalan Petrus di dalam bukti kasihnya kepada Tuhan juga saya alami dalam hidup saya. Sejujurnya sampai hari ada ada beberapa orang di dalam hidup saya yang belum dapat saya ampuni. Saya pernah berdoa dan didoakan untuk mengampuni mereka, dan saya merasa saya sudah mengampuni mereka, tetapi sampai pada saya harus membuktikan pengampunan saya kepada mereka, maka saya harus akui, saya masih belum bisa membuktikannya. Pada titik itu, saya menyadari saya belum mengampuni. Tidak mudah bagi seorang hamba Tuhan berbicara soal mengasihi tetapi dirinya sendiri belum bisa mengasihi. Kiranya Tuhan menolong saya.
Petrus tahu betul bahwa dirinya belum cukup membuktikan kasihnya kepada Tuhan. Tetapi Petrus mau berubah dan saya mengharapkan ini terjadi di dalam hidup saya dan saudara. Jawaban petrus sangat menarik. “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu. Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Dengan kata lain, petrus ingin berkata, “Tuhan, Engkau tahu hatiku yang berdosa, yang mengecewakan-Mu, tetapi aku ingin dipulihkan oleh-Mu Tuhan. Aku ingin bertekad kembali untuk mengasihi-Mu dengan lebih sungguh lagi.” Kehancuran hati Petrus memulihkan hidupnya.
Petrus dalam hidupnya kemudian mengalami perubahan demi perubahan. Petrus melayani dengan segenap hatinya, bahkan sampai mati seperti yang Tuhan nubuatkan.
SS, apakah kita sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hati? Ketiga ukuran kasih ini seharusnya menjadi alat bagi kita untuk menguji kita terus apakah kita sungguh mengasihi Tuhan dengan segenap hati. Ketika kita melayani Tuhan, mari kita lihat apakah prioritas kita di dalam pelayanan adalah demi kemuliaan Tuhan, bukan kemuliaanku? Apakah aku tulus melayani Tuhan, bukan karena terpaksa atau dilihat orang? Apakah aku benar-benar sudah melakukan pelayananku dengan baik? Atau apakah prioritasku di dalam doa adalah kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendakku? Apakah aku lebih mencari wajah Tuhan daripada tangan-Nya? Apakah aku memang berdoa setiap waktu, baik dalam keadaan senang maupun susah?
Mazmur 26:2 Ujilah aku, ya TUHAN, dan cobalah aku; selidikilah batinku dan hatiku.
Telah Dikhotbahkan di dalam pelayanan GIA Lengkong Besar Bandung
Friday, February 22, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)