Thursday, November 27, 2008

Jawaban atas doa

Matius 26:36-46

Getsemani adalah sebuah tempat yang subur. Di dalam bahasa Ibrani, kata Getsemani diartikan lembah yang gemuk atau lembah Zaitun karena ada banyak pohon Zaitun di sana. Pohon Zaitun sangat berguna sekali bagi masyarakat pada waktu itu untuk obat, bumbu masakan, dll.

Tetapi malam itu kesuburan dan kenyamanan taman Getsemani tertutup oleh dukacita dan kepedihan Allah kita. Tidak ada di dalam bagian firman Tuhan lain yang mencatat di mana Tuhan kita Yesus Kristus berkata, “hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya” (ay. 38). Dan ini menjadi tempat kedua di mana Yesus paling merasakan kesepian dan kesendirian, selain daripada ketika Dia di kayu salib dan berteriak Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan-Ku. Jadi, Getsemani yang dikatakan lembah kesuburan telah menjadi lembah kekelaman bagi Tuhan kita.

Tetapi justru di dalam lembah kekelaman inilah, Ia menemukan cara terbaik untuk menemukan kedamaian. Kedamaian yang bukan didapatkan dari kesejukan dan kenyamanan taman Getsemani yang subur, karena kedamaian ini bersifat fana adanya, melainkan dari Allah Bapa sendiri. Tuhan Yesus berdoa!

Seringkali manusia di dalam lembah kekelaman hidupnya selalu berusaha menemukan kedamaian di luar Tuhan. Mereka mencarinya kepada kesenangan yang sementara. Stres maka merokok. Banyak hutang maka berjudi. Tidak harmonis dengan keluarga maka selingkuh atau cerai. Sangkanya dengan cara-cara demikian, maka kedamaian akan mereka dapatkan. Tetapi buktinya apa? mereka hanya menggantikan masalah yang satu dengan masalah yang lain yang semakin rumit. Akhirnya, manusia hidup seperti orang yang menutup lubang tetapi harus menggali lubang agar tanah yang digali dapat menutupi lubang. Terus dan terus tidak ada hentinya.

Tuhan Yesus tidak demikian. Dia memberikan kita sebuah gambaran hidup yang utuh dan terbaik bagi manusia. Menemukan kedamaian sejati di dalam Allah yaitu melalui doa.

Doa adalah komunikasi kita dengan Allah. Doa adalah menyadari bahwa Allah itu ada dan mendengarkan kita berbicara kepada-Nya. Doa adalah sebuah permohonan kepada-Nya. Masalahnya adalah seringkali kita berdoa mengharapkan jawaban yang cepat, instan, dan sesuai dengan keinginan kita. ini dikarenakan kedagingan kita sehingga tidak jarang kita seakan-akan memaksa Tuhan untuk menuruti semua keinginan kita di dalam doa. Kita sering pakai ayat di Alkitab di dalam Matius 7:7-8, “mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat, dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Tuh kan, ayat ini bilang saya boleh minta apa saja kepada Tuhan dan saya pasti akan menerimanya.

Nanti dulu! Ayat ini mengajarkan kita untuk datang menghadap Tuhan dan mengajukan permohonan kepada-Nya. Tetapi jangan berhenti sampai di situ. Baca bagian berikutnya yang mengatakan bahwa, “Tuhan akan memberikan apa yang baik bagi kita.” Kalau permintaan kita hanya untuk memuaskan keinginan kita dan tidak memuliakan Allah maka Tuhan tidak akan menjawabnya, Yakobus 4:2b-3, “kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.” Roh memang penurut tetapi daging itu lemah. Misalnya, anak kita yang masih kecil minta pisau, maka kita tahu bahwa yang baik baginya adalah tidak bermain-main dengan pisau. Maka kita tidak akan memberikan kepadanya bukan? Maka sebenarnya berdoa bukan sekedar meminta kepada Allah tetapi bagaimana mengerti dan memahami rencana dan kehendak-Nya dalam hidup kita. di dalam 1 Yohanes 5:14 berkata, “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.”

Tuhan Yesus di dalam bagian yang kita baca juga melakukan permohonan kepada Allah Bapa di sorga. Ketika dekat waktunya Ia akan menjalankan karya keselamatan itu, Ia merasakan kegentaran yang amat sangat sampai di catat di Lukas 22:44, “Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya (keringat-Nya) menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.” Apa yang Yesus mohonkan kepada Allah Bapa di sorga? Ia memohon jikalau sekiranya mungkin, cawan penderitaan itu tidak dijalani-Nya.

SS, apakah salah kalau kita minta dan memohon kepada Tuhan segala yang kita inginkan? Tidak! Secara manusia, ini menjadi sebuah bukti kebutuhan dan kebergantungan manusia kepada Tuhan. Ketika kita sakit, kita berdoa mohon kesembuhan. Ketika usaha kita tidak lancar, maka kita minta berkat. Ketika hubungan kita dengan keluarga atau teman tidak baik, kita minta kasih itu mengalir. Kalau mau dipikir-pikir apa yang kita minta/kuatirkan tidak pernah sebanding dengan permohonan Yesus. permohonan Yesus adalah permohonan yang wajar sebenarnya untuk dijawab karena Dia tidak layak menerima salib. Ia tidak berdosa. Ia adalah Allah yang mulia. Ia tidak pernah berbuat salah, tetapi disalahkan. Ia memang pantas kalau meminta cawan penderitaan itu lalu daripada-Nya.

Tetapi kita melihat bahwa Tuhan Yesus tidak berhenti hanya kepada meminta. Ia berdoa, “tetapi janganlah seperti yang Ku kehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.” Jawaban doa bergantung kepada Allah! Jawaban doa tidak pernah mengubah rencana Allah yang kekal! Yang berubah adalah rencana kita. permohonan kita.

Pada suatu hari seorang wanita sedang membimbing keponakannya belajar.Tapi tidak seperti biasanya, kali ini keponakannya tidak bisa berkonsentrasi. Ternyata salah satu kelerengnya hilang. Tiba - tiba anak itu berkata, "Bi, bolehkah aku berlutut dan meminta Allah untuk menemukan kelerengku ?" Ketika bibinya mengizinkan, anak itu lalu berlutut di dekat kursinya, menutup matanya dan berdoa dengan sungguh - sungguh. Selesai berdoa dia bangkit berdiri dan melanjutkan pelajarannya. Keesokan harinya, bibinya yang takut doa keponakannya tidak terjawab, dan dengan demikian akan melemahkan imannya, dengan khawatir bertanya, "Sayang, apakah engkau sudah menemukan kelerengmu ?" "Tidak, Bi" Jawab anak itu, "tetapi Allah telah membuatku tidak menginginkan kelereng itu lagi." Alangkah indahnya iman anak itu. Allah memang tidak selalu menjawab doa kita menurut kehendak kita, tetapi jika kita tulus berdoa, Dia akan mengambil keinginan kita yang bertentangan dengan kehendak-Nya.

Ini yang seharusnya menjadi pengharapan kita ketika berdoa kepada Tuhan. Kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kita.

Nah, bagaimana kita dapat mengenali kehendak Tuhan dalam hidup kita? Tentu kita harus mengenal dengan dalam Allah kita. dan cara satu-satunya adalah melalui firman Tuhan kita dapat mengenal-Nya. Tuhan Yesus mengenal dengan baik Allah Bapa karena mereka adalah Allah Tritunggal. Di dalam doa kedua-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya. . . ” Tuhan Yesus tahu betul bahwa salib itu harus dijalani oleh diri-Nya yang sempurna. Penebusan manusia harus dengan manusia lainnya. Dan hanya Yesus yang layak karena semua manusia di dalam dunia sudah berdosa, maka hanya Dialah satu-satunya jalan kepada penebusan karena Dia adalah sempurna, tak bercacat. Inilah alasan mengapa keselamatan harus melalui Yesus saja karena hanya Dia yang bisa menghapus dosa manusia, menggantikan posisi manusia yang seharusnya binasa.

Tuhan Yesus tidak lagi berdoa agar cawan itu lalu daripada-Nya karena Dia memiliki pemahaman yang sempurna bahwa keselamatan harus tetap berjalan dan Dia yang harus menanggung-Nya. Bayangkan SS, kalau Tuhan tidak meneruskan pekerjaan-Nya ini, maka kita sudah tidak ada di sini lagi. Kita berada di dalam kebinasaan yang kekal. Terpisah selama-lamanya dengan kebahagiaan, sukacita, dan segala bentuk kedamaian.

Tetapi bukankah firman Tuhan berkata, “tetaplah berdoa!” bukankah ini berarti saya harus terus memohonkan keinginan saya sampai saya mendapatkannya? Bukan! Tetaplah berdoa artinya tetaplah bergantung kepada Tuhan agar kita mengerti apa rencana dan kehendak-Nya yang terbaik bagi kita. kalau SS saat ini sedang terus mendoakan sesuatu masalah dan masalah itu tidak kunjung selesai, maka sudah waktunya saudara mengubah doa dan tetap berdoa. Mungkin bukan lagi masalah itu agar selesai, tetapi agar kita diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi masalah itu.

Saya pernah sakit malaria dan sakitnya sangat tidak enak. Saya berdoa agar Tuhan sembuhkan tetapi tidak langsung sembuh tuh, butuh seminggu baru pulih. Maka selama beberapa hari itu, saya mengubah doa saya agar Tuhan beri saya kekuatan, kesabaran dan khususnya, apa yang dapat saya pelajari dari sakit saya itu. Banyak hal saya belajar, saya belajar apa itu kelemahan manusia dan perlunya bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Saya belajar, manusia tidak ada yang bisa dibanggakan karena sekali sakit, tidak bisa mengerjakan apa-apa lagi selain beristirahat dan bergantung kepada orang lain. Saya juga belajar merenungkan kasih Tuhan ketika sakit.

Tuhan Yesus berkata, “Ya Bapa-Ku, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, Jadilah kehendak-Mu!” Tuhan Yesus tidak main-main ketika berkata, “jadilah kehendak-Mu!” Dia mengulangnya kembali di dalam doa-Nya yang ketiga (ay. 44), “Ia membiarkan mereka di situ lalu pergi dan berdoa untuk ketiga kalinya dan mengucapkan doa yang itu juga.” Dan tidak hanya mengulangnya tetapi Dia melakukannya. Tuhan berkata, “ . . . Lihatlah, saatnya sudah tiba, bahwa Anak Manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan Aku sudah dekat.” Dan kalau kita baca bagian berikutnya bagian Matius ini maka kita akan sampai kepada Kristus yang tergantung di kayu salib bagi keselamatan kita.

Apakah kita hanya sebatas di mulut berkata, “Tuhan, jadilah kehendak-Mu!” kalau demikian, maka kita sebenarnya belum memahami apa arti doa. Jadi, apa yang bisa kita simpulkan di sini:

1. Ungkapkan seluruh isi hatimu kepada Tuhan karena Tuhan mendengar setiap seru doa kita. Dia memperdulikan hidup kita.

2. Tetaplah berdoa karena itulah yang dikehendaki Tuhan bagi kita anak-anak-Nya. Selalu datang mencari wajah-Nya.

3. Belajar firman Tuhan baik-baik agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan dalam hidup kita.

4. Ubahlah doamu bila Tuhan memiliki rencana dan kehendak-Nya dalam hidupmu.

5. Lakukanlah apa yang menjadi kehendak Tuhan. Kalau Tuhan meminta kita bersabar, maka bersabarlah. kalau Tuhan berkata tidak kepada doa kita maka jangan meminta lagi. Kalau Tuhan mengarahkan kita kepada jalan yang lain maka berjalanlah ke arah itu. Tetapi ingat! Kepekaan kita adalah melalui firman Tuhan dan hubungan yang intim dengan Tuhan. Tuhan pun bisa memakai manusia lainnya dalam menyatakan maksud-Nya.


Selamat berdoa dan menantikan jawaban atas doa-Nya!

Wednesday, November 19, 2008

The necessity of community

Nehemia 4:1-23

Siapa Nehemia? Orang Israel yang menjadi Juru minuman Raja. Pada bangsa-bangsa asing/kafir, posisi juru minuman raja adalah posisi yang sangat penting sekali karena merupakan pejabat tinggi di dalam lingkungan Raja (Raja Salomo dalam menyambut Ratu Syeba; 1Raj. 10:5) dan dapat mewakili Raja untuk memperingatkan perang (Raja Asyur kepada Hizkia; Yes. 36:1-2). Jadi, Nehemia memiliki posisi yang penting di dalam pemerintahan Arthasasta, Raja Persia. Dia juga sangat disayang oleh Raja karena ketika dia bersedih akan kondisi negerinya, raja memperhatikannya sehingga dia dapat kembali ke negerinya dan membangunnya. Nah, kepercayaan dan kasih sayang dari Raja Arthasasta ini tentu menunjukkan Nehemia bukan orang Israel buangan yang sembarangan. Tentu ia memiliki perawakan, karakter dan kepandaian yang dibutuhkan oleh bangsa penjajah, seperti kalo kita lihat Raja Nebukadnezar, Raja Babel, yang menyuruh Aspenas, kepala istananya untuk membawa orang Israel yang berperawakan baik, muda dan pintar termasuk di dalamnya kita kenal Daniel, Hananya, Misael dan Azarya.

Dan seperti Daniel dan ketiga kawannya, Nehemia adalah seseorang yang mencintai Tuhannya sehingga ketika ia mendengar berita negerinya hancur, maka dia berkabung dan berpuasa selama beberapa hari. Ini menunjukkan seuatu sikap kedukaan yang amat sangat. Tidak heran, Nehemia memiliki kerinduan membangun kembali negerinya.

Kita melihat tujuan dari Nehemia adalah membangun kembali tembok Yerusalem dan pintu-pintu gerbang Yerusalem. Mengapa penting sekali membangun sebuah tembok padahal tembok Berlin saja dihancurkan? Apa pentingnya membangun kembali pintu-pintu gerbang? Tembok dan pintu-pintu gerbang melambangkan kejayaan suatu kota/bangsa. Contohnya Tembok dan gerbang Yerikho menjadi kejayaan dan lambang kekuatan bangsa Kanaan. Tetapi ketika Yosua dapat menghancurkannya, maka kejayaan Yerikho lenyap sudah, tidak terdengar lagi! Ketika kota Hiroshima dan Nagasaki dibom oleh tentara sekutu, maka kejayaan tentara Jepang hilang sudah sehingga beberapa hari setelah itu mereka menyerah pada sekutu 14 Agustus 1945. Tetapi ketika mereka mulai membangunnya, maka jadilah mereka bangsa yang kuat sampai sekarang.

Tidak heran, Nehemia pun berkata di dalam Nehemia 2:17, “. . . Mari, kita bangun kembali tembok Yerusalem, supaya kita tidak lagi dicela.”

Jadi, apakah membangun tembok dan gerbang Yerusalem menandakan berjayanya kembali bangsa Israel yang sudah terpuruk? Bukan! Tetapi kejayaan dan kemegahan Allah bangsa Israel. Karena siapa yang mencela bangsa Israel maka nama Allah juga dicela! Karena bangsa Israel tidak dapat lepas dari nama Allah.

Di samping mengembalikan kemegahan Allah, maka pembangunan tembok dan gerbang Yerusalem menunjukkan perkenanaan Tuhan atas segala dosa yang dilakukan bangsa Israel. Tuhan mengampuni mereka dan berkenan membangun kembali iman mereka.

Karena itu, membangun tembok dan gerbang Yerusalem menjadi fokus yang sangat penting sekali di dalam hidup Nehemia dan bangsa Israel. Di dalam pasal 2:1-20 mereka bertekad bersama-sama untuk membangun kembali kejayaan Allah dan komunitas umat Allah. dan di dalam pasal 3 kita melihat campur tangan banyak pihak untuk membangun.

Pada pasal 4 kita melihat ternyata mereka menghadapi tantangan. Tetapi justru di dalam tantangan ini kita melihat pentingnya kesatuan, pentingnya komunitas, pentingnya kebersamaan! Yang saya bagi menjadi dua poin mengapa komunitas itu begitu penting sekali dalam hidup kita:

1. Komunitas penting untuk mewujudkan rencana Allah.

Tantangan seharusnya tidak menjadi halangan bagi rencana Allah. Nehemia menyadari tantangan yang berat datang ketika ia dan bangsa Israel akan membangun tembok Yerusalem. Tetapi nehemia dan bangsa Israel dikatakan terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan ujung2nya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati (ay. 6). Mengapa mereka dapat tetap fokus? Karena mereka mendapatkan jaminan dari tangan Allah yang perkasa itu. Di dalam 2:18, bangsa Israel siap untuk membangun ketika Nehemia menyampaikan kepada mereka betapa murah tangan Allah yang melindungi dia (Raja yang mengijinkan, memberikan surat kepada Bupati agar diijinkan lewat dan surat kepada Asaf, pengawas taman raja untuk menyediakan kayu bagi pembangunan—2:8).

Apa rencana Allah yang terbesar di dalam hidup manusia? Tentu rencana keselamatan! Kita melihat rencana keselamatan ini pun merupakan campur tangan komunitas Allah Tritunggal. Bukan sekedar pekerjaan satu pribadi Allah tetapi Allah Tritunggal di mana Allah Bapa memilih, Allah Anak menebus dan Allah Roh Kudus yang melahirbarukan (1Ptr. 1:2). Jadi Allah kita yang Tritunggal itupun berkomunitas dan kita sebagai gambar dan rupa-Nya memiliki natur berkomunitas. Kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan, bukan makhluk individual yang egois, karena Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang menunjukkan secara komunitas, seseorang saling membutuhkan satu dengan lainnya.

Nah, apa tembok Yerusalem kita? Membangun usaha kita? Pekerjaan kita? Studi kita? Kalau kita hanya berfokus membangun semua itu demi kepentingan kita, maka wajar saja kita tidak suka berkomunitas, bahkan kita bisa terjebak ke dalam nilai dunia yang mengatakan, “capai keberhasilanmu, jangan kalah dengan orang lain! hati-hati, teman bisa menjadi lawan! Dst!” Apa tembok Yerusalem kita seharusnya? Apa yang dapat menyatukan kita untuk memuliakan nama Tuhan?

Saya harus mengatakan, Wujudnyatakan rencana Allah yang terbesar yaitu keselamatan manusia. Kita harus menjadikan keselamatan manusia ini fokus kita yang penting sepenting mendirikan tembok Yerusalem bagi kejayaan nama Allah. kita harus bisa menjadikan keselamatan manusia ini fokus dalam hidup kita karena kita sendiri sudah dipanggil, diselamatkan dan dijamin keselamatan-Nya oleh Allah. sehingga secara status, kita tidak perlu lagi kuatir akan keselamatan kita melainkan kita fokus melakukan pekerjaan Allah.

Tembok Yerusalem komisi Pemuda dalam waktu dekat ini adalah KKR Natal dan seminar spiritualitas. Apakah pekerjaan Allah dan rencana Allah ini dikerjakan saya seorang diri? Apakah bisa? Tidak! Beberapa orang pengurus juga? Tidak dapat! Diperlukan saudara-saudara yang sudah dipanggil dan dikuduskan Allah untuk kita bersama-sama mewujudkan pekerjaan Allah yang besar ini. Banyak hal sederhana yang dapat kita kerjakan. Ikut berdoa setiap sabtu, fokus kepada beberapa orang yang akan kita bawa ke KKR, membantu di dalam membimbing mereka yang nantinya mengambil tekad percaya kepada Tuhan.

Ketika jemaat mula-mula terbentuk hasil dari kotbah Petrus, mereka melakukan banyak hal sehingga dikatakan mereka disukai semua orang sehingga Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Luar biasa bukan? Tuhan memakai komunitas jemaat mula-mula untuk membawa jiwa datang kepada Tuhan. Apakah kita bisa seperti demikian? Ataukah sekian tahun lamanya kita duduk di kursi yang kita duduki sekarang dan tidak pernah berbuat apa-apa padahal betapa luar biasanya sebuah komunitas di mata Tuhan?

Sebuah lego tidak akan kelihatan cantik tetapi kalau sudah dirangkai akan kelihatan seperti begini (tunjukkan gambar lego). Tuhan rindu merangkai komunitas kita menjadi cantik. Mau dipakai Tuhan?

2. Komunitas penting untuk saling mengingatkan akan kuasa dan pimpinan Allah.

SS, mengapa mereka mau menyerah dan berputus asa meskipun Tuhan sudah menjamin rencana pembangunan ini? (ay. 10) inilah manusia yang berdosa. Meskipun ada jaminan dari Tuhan tetap saja kekuatiran dan ketakutan berjaya di dalam hidupnya. Manusia lebih sering takut sama manusia dan masalahnya daripada kepada Tuhan itu sendiri. Itulah sebabnya, komunitas penting sekali untuk saling mengingatkan.

Nehemia mengingatkan mereka dengan berkata, “jangan kamu takut terhadap mereka! Ingatlah kepada Tuhan yang Mahabesar dan dahsyat. . .” (ay. 14). Sebelum Nehemia berucap kata-kata ini, Nehemia sendiri pun perlu diingatkan dulu sampai sepuluh kali oleh orang-orang Yahudi yang tinggal dekat dengan para pengancam itu barulah dia memutuskan untuk menempatkan rakyat dengan senjatanya untuk berjaga-jaga dari serangan. (ay. 12-13).

Jadi, ada timbal balik di dalam saling mengingatkan. Nehemia mengingatkan, Nehemia diingatkan. Kita mengingatkan, kita pun diingatkan. Ketika kita mengingatkan dan berharap orang lain memperhatikan maka ketika kita diingatkan maka kita pun perlu sekali memperhatikan. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena seringkali kita suka mengingatkan tetapi tidak suka diingatkan.

Komunitas penting sekali untuk mengingatkan kita akan segala hal dalam hidup kita. Kita dapat saling mengingatkan akan pimpinan dan penyertaan Tuhan dalam hidup kita. ketika iman kita sedang lemah, Tuhan bisa memakai komunitas kita untuk menguatkan kembali iman kita. ketika sedang kuatir, kata-kata penghiburan dari teman-teman kita dapat menguatkan kita kembali.

SS, kita itu adalah makhluk berakal budi, tetapi juga makhluk pelupa. Komunitas penting sekali untuk mengingatkan kita. kalau kita menjauh dari komunitas maka kita akan selalu lupa, lupa dan lupa. Lupa seharusnya saat teduh, lupa seharusnya melayani, lupa seharusnya tidak kuatir, dll.

Selain mengingatkan akan penyertaan Tuhan, kita juga bisa saling mengingatkan akan dosa kita sehingga kita dapat hidup memuliakan Tuhan, karakter kita dapat diasah dan dikikis sehingga semakin serupa dengan Tuhan. Hal ini dapat terjadi melalui komunitas.

Bagaimana saudara mau belajar sabar? Ketika bertemu dengan orang yang menjengkelkan. Bagaimana kita bisa belajar mengasihi? Ketika kita bergesekan dan berbeda pendapat di dalam komunitas.

Jemaat mula-mula saling mengingatkan dengan cara senantiasa berkumpul baik di Bait Suci (komunal) dan rumah-rumah (Kelompok lebih kecil). Mereka tidak takut berkomunitas karena mereka sadar bahwa mereka saling membutuhkan satu dengan yang lainnya untuk saling mengingatkan akan segala dosa mereka maupun iman mereka.

SS, di tempat ini jangan menyendiri, jangan menjauhkan diri dari orang lain, percayalah, engkau sulit bertumbuh sendirian. Seperti lidi, tidak akan berfungsi dengan baik kalau hanya sebatang. Ada banyak wadah di komisi kita yang baik untuk saling mengingatkan, ada PA, Persekutuan pelayan Tuhan, Persekutuan Mahasiswa, dll. Datanglah dan rasakan berkat Tuhan di tengah komunitas! Saya percaya perkataan Paulus bukan perkataan omong kosong di dalam Efesus 2:18-19, “Karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,

3. Komunitas penting untuk saling menguatkan di tengah kesulitan

Kita mengenal di dalam dunia ini banyak komunitas. Ada komunitas sepeda ontel, komunitas komik, komunitas lokomotif, di internet ada komunitas Yahoogroup, dll. Mereka membuka jaringan komunitas untuk memperkuat identitas mereka sebagai penggemar komik, lokomotif, dll, menyakinkan mereka dan menguatkan posisi mereka bahwa mereka tidak maniak sendirian, tetapi ada yang juga sama maniaknya dengan mereka. Kondisi ini membuat mereka semakin percaya diri untuk mengejar barang-barang yang mereka dambakan meskipun banyak tantangan, tetapi mereka merasa ada teman seperjuangan.

Nehemia dan bangsa Israel lainnya pun tidak merasa sendirian waktu itu meskipun ada banyak tantangan dari luar. Mereka saling percaya diri karena kuasa Tuhan tentu yang bekerja dalam pembangunan ini tetapi juga karena mereka melihat orang-orang di sekeliling mereka bersiap siaga dengan senjata menjaga dari segala serangan yang bisa datang. Yang menarik adalah mereka tetap bekerja. Mereka tetap fokus untuk menyelesaikan pekerjaan mereka ini. Tangan yang satu memegang senjata dan tangan yang satunya lagi bekerja.

Bila Nehemia meniup sangkakala, maka mereka harus berkumpul dan bersatu melawan orang-orang yang jahat itu. “berkatalah aku kepada para pemuka dan para penguasa dan kepada orang-orang yang lain: "Pekerjaan ini besar dan luas, dan kita terpencar pada tembok, yang satu jauh dari pada yang lain. Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Allah kita akan berperang bagi kita!" Nehemia 4:19-20


Apa artinya Allah kita akan berperang bagi kita dengan mereka memegang senjata? Artinya adalah di dalam segala pergumulan kita, maka kita perlu datang kepada Tuhan sebagai sumber dari kekuatan. Ketika kita memiliki masalah, maka kita perlu datang berdoa dan memohon kepada-Nya kekuatan dan penghiburan. Itu artinya Allah akan berperang bagi kita. Tetapi Tuhan pun memakai sarana yang ada untuk mewujudkan kekuatan dan penghiburan-Nya. Ia memakai manusia lainnya atau sesama kita untuk menguatkan dan menghiburkan. Ini seperti kita sedang memegang senjata. Ketika kita memiliki masalah dan pergumulan atau mencari kehendak Tuhan, Tuhan ingin kita sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya. Kita punya Dia sebagai sumber kekuatan tetapi kita juga punya sesama kita yang dipakai-Nya menjadi alat kemuliaan-Nya.


Ss, saya pernah mengalami yang namanya jenuh dalam pelayanan. tetapi saya bersyukur karena Tuhan tempatkan teman-teman pengurus yang menutupi kejenuhan saya, istri yang baik yang menghibur, teman-teman lain yang menguatkan.

Jemaat mula-mula Mereka dikatakan bertekun dalam pengajaran rasul-rasul, mereka berkumpul memecahkan roti dan berdoa. Ketiga unsur ini adalah bagaimana mereka menjalin relasi dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan dan penghiburan. Tetapi kita melihat juga bahwa jemaat saling menolong dan menguatkan dengan bukti-bukti nyata. Mereka dikatakan menjual harta milik mereka dan membagi-bagikannya kepada mereka yang kekurangan.

Mari saudara, kita bergandengan tangan. Tidak meninggalkan pertemuan-pertemuan ibadah, tidak meninggalkan komunitas karena kita tidak akan mampu menghadapi dunia ini sendirian. Tuhan akan memakai kita untuk:

  1. Mewujudkan rencana Allah
  2. Mengingatkan kita akan kuasa dan pimpinan-Nya
  3. Menguatkan kita dalam segala kesulitan

To God be the glory!