Friday, October 10, 2008

Naik pesawat dan saat teduh


Penumpang yang kami hormati, demi keselamatan anda, kami akan memperagakan prosedur keselamatan penerbangan. Pertama-tama kami akan memperagakan bagaimana caranya memakai sabuk pengaman . . .”

Saudara pasti akan mendengar perkataan ini ketika berada di dalam pesawat yang akan terbang. Informasi keselamatan penerbangan di atas sangat penting sekali jika sewaktu-waktu terjadi masalah kepada pesawat yang kita tumpangi. Tetapi saya mengamati seringkali hampir semua penumpang di dalam pesawat (termasuk diri saya sendiri) mengabaikan para pramugari yang sedang memperagakan prosedur keselamatan. Ada yang langsung tidur, ada yang melamun memikirkan apakah pesawat ini sudah cukup aman, ada yang baca koran, ada yang berbicara dengan temannya, dll. Intinya, hampir semua orang mengabaikan informasi penting mengenai prosedur keselamatan. Beberapa alasan yang bisa saya pikirkan adalah: (1) sudah terlalu sering naik pesawat sehingga sudah hafal, (2) informasinya membosankan karena tidak ada hal baru, dan (3) sudah yakin masuk surga.

Pengamatan di atas sebenarnya tidak jauh berbeda dengan keadaan Saat teduh (berdoa dan membaca firman Tuhan) kita setiap hari. Seringkali karena sudah membosankan, menjadi sebuah rutinitas atau sudah yakin masuk surga sebagai orang pilihan Tuhan, kita malas melakukan saat teduh. Kalaupun kita melakukannya hanya sebatas rutinitas, tidak lagi ada gairah dan sukacita di dalamnya, padahal saat teduh adalah saat di mana kita berkomunikasi dengan Allah dan mengerti kehendak-Nya bagi hidup kita.

Di dalam saat teduh, kita berdoa kepada Tuhan mencurahkan seluruh isi hati kita dan membiarkan Tuhan mencurahkan isi hati-Nya kepada kita melalui firman-Nya. Saat teduh ini sangat penting sekali di dalam hidup kita karena ketika sewaktu-waktu kita dilanda masalah atau pergumulan, kita akan diingatkan, dihiburkan, dan dikuatkan oleh Tuhan. 1 Timotius 4:8 berkata, “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah (saat teduh termasuk di dalamnya) itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” Mari mulai bersaat teduh karena “pesawat” hidup kita bisa kapan saja di dalam keadaan darurat!

Monday, October 6, 2008

WITH ALL MY MIND

Ulangan 6:4-5 dan Markus 12:28-30

Salah satu pengajaran Perjanjian Lama yang paling mendalam berbunyi, “Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa! Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:4-5).

Ajaran ini dikutip Yesus sebagai perintah yang terutama. yang terutama di sini harus kita pahami bukan berarti perintah yang paling besar berdasarkan urutan/order artinya mementingkan melakukan hukum/perintah ini dulu baru melakukan yang lainnya (karena kita percaya bahwa semua perintah berasal dari Tuhan yang Mahabesar), Amanat Agung Tuhan di Matius 28 itu pun adalah perintah yang penting dan besar. tetapi perintah ini dikatakan paling utama di dalam pengertian bobotnya/kewibawaannya/ dignity. Artinya, dari segala hukum atau perintah yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada waktu itu, mereka harus memandang nilai rohaninya dibandingkan sekedar ritual. Apa yang mereka lakukan sebagai rutinitas atau ritual keagamaan, yah beribadah ke Bait Suci, memberi kurban sebagai pengakuan dosa, memberi persepuluhan, memuji Allah, menolong sesama, harus dikerjakan dengan satu pemahaman kasih kepada Allah. seperti yang kita lakukan setiap hari bersaat teduh, kalau kita tidak memahami hukum yang terutama ini, maka kita akan menjalaninya sambil lalu. Ketika kita beribadah tiap minggu ke gereja, kalau kita tidak memahami sungguh2 hukum yang terutama ini, maka kalau hujan kita akan mudah memilih untuk tidak beribadah, dan kita akan beribadah seperti robot yang datang dan pergi tanpa ada gairah kepada Tuhan.

Inilah yang dikecam oleh Yesus di dalam diri Ahli Taurat dan orang2 Farisi. Mereka melakukan keagamaan mereka sebagai sebuah kebanggaan bagi diri sendiri dan menjalaninya sebagai tuntutan hukum tabur tuai (melakukan diberkati, tidak melakukan akan dihukum Tuhan). Kalau saya memberi persembahan ke gereja apalagi dalam jumlah besar maka saya akan diberkati lebih berlimpah lagi. Kalau saya memberi sedikit, wah pantas saja usaha saya tidak maju-maju. Kalau saya memenuhi tanggung jawab saya memberi persepuluhan, Tuhan akan memberkati usaha dan pekerjaan saya. AMIN saudara2? Sejujurnya saya mengaminkan, karena ada janji-janji Tuhan, tetapi bukan itu yang kita cari. Itu urusan Tuhan mau berkati atau tidak, yang pasti kita memberi persembahan karena kita mengasihi Tuhan. Karena persepuluhan itu adalah milik Tuhan. Saya berbuat baik sama orang karena saya percaya Tuhan akan membalas perbuatan baik saya. Itu betul! Tetapi seharusnya kalau kita berbuat baik karena kita mengasihi Tuhan, maka tidak ada orang yang membalas kebaikan kita pun, kita tetap harus berbuat baik. Karena perbuatan baik kita bukan berdasarkan imbalan orang, melainkan perintah Tuhan yang harus kita taati.

SS, Mengasihi Allah dengan segenap hati pasti mengarah kepada mengasihi Allah dengan kehendak dan emosi. Segala keputusan yang kita ambil apakah berdasarkan kehendak kita atau kehendak Tuhan? Karakter kita selama ini apakah sudah menunjukkan kasih kita kepada Tuhan? Mengasihi Allah dengan segenap jiwa tentunya mengarah kepada hubungan pribadi dengan-Nya melalui iman. Apakah ada satu iman yang kuat dan teguh untuk mengenal Dia dan menikmati kehadiran-Nya? Mengasihi Allah dengan segenap kekuatan pasti mengarah kepada melayani-Nya dalam tindakan-tindakan dan perbuatan baik. Apakah ada kerinduan melayani-Nya?

SS, yang menarik pada bagian Markus ini adalah saat Yesus mengutip ayat Ulangan, Ia menambahkan suatu cara lain untuk mengasihi Allah:

Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum manakah yang paling utama?" Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Yesus menambahkan “dengan segenap akal budimu.” Apa yang dimaksudkan Yesus di dalam mengasihi Allah dengan segenap akal budi? Secara sederhana, hal itu berarti berpikir tentang Allah, sadar akan keberadaan-Nya dalam kehidupan setiap hari, merenungkan kehadiran-Nya dan kebaikan-Nya, memenuhi pikiran kita dengan firman-Nya. Hal ini jelas sebenarnya pada lanjutan perikop kitab Ulangan:

Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.
(Ulangan 6:6-9)

Perikop ini memerintahkan agar firman Tuhan diajarkan kepada anak-anak dan dibahas oleh orang dewasa setiap hari di manapun mereka berada. Artinya, mengasihi dengan akal budi dihubungkan dengan proses belajar mengajar.

Yesus melangkah lebih jauh lagi, Ia meminta pengikut-Nya untuk mengasihi Allah dengan “segenap” akal budi. Artinya, apa pun yang bisa dipikirkan oleh seorang anak Tuhan maka harus diserahkan untuk mengasihi Tuhan. Ketika pikiran kita sanggup merencanakan sebuah bisnis, merancang sebuah bangunan, mengarang sebuah cerita, maka ia harus mengasihi Tuhan dalam segala perencanaan, analisis, atau pemahamannya. Kalau ada yang berencana sebuah toko, misalkan toko roti, dengan dana yang besar kita punya uang untuk membangun toko roti yang besar, eh tempat yang kita incar di sebelahnya sudah ada toko roti yang lama di sana hanya saja masih kecil, apakah kita tetap mau buka di sana? Kalau kita mengasihi Tuhan maka ini harus menjadi pergumulan kita. kalau dosen saya kasih contoh, bagus gak nyapu depan rumah kita? bagus! Tapi lihat dulu debunya kemana. Kalo sapu debunya ke rumah tetangga, yah tidak bagus. Kita diberi otak/pikiran untuk mengasihi Allah.

SS, Otak kita beratnya hanya 500 gram tetapi. . .
- 100 Milyar syaraf neutron yang menguasai 10.000 pikiran setiap hari
- Mengontrol 103.000 detak jantung setiap hari
- Mengkoordinasi 23.000 nafas setiap hari
- Mengontrol 600 otot untuk bergerak setiap hari

Otak yang Tuhan berikan kepada manusia luar biasa canggih. Binatang punya otak? Ada, tetapi tidak bisa seperti manusia yang antara otak dan hati dan seluruh keberadaan manusia saling terkait. Karena itu mengabaikan pikiran kita maka kita sedang mengabaikan diri kita sendiri. Sebuah slogan dari sebuah yayasan pendidikan berkata, “a mind is a terrible thing to waste.” Pikiran adalah sesuatu yang sangat mengerikan untuk disia-siakan. Pengamsal berkata di dalam 27:19, “Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.” Hati di sini secara umum juga menggambarkan kapasitas manusia berpikir sehingga dapat dikatakan pikiran manusia mencerminkan manusia itu sendiri.

Kalau pikirannya selalu kotor, yah manusia itu dalam bertutur kata, bertingkah laku akan menjurus kepada hal2 yang kotor. Kalau pikirannya adalah selalu berbuat dosa, maka apa yang dikatakan dan diperbuatnya selalu berbuahkan dosa. Inilah yang terjadi pada zaman ini. Paulus memberikan kita bukti-bukti bahwa manusia sudah menyia-nyiakan akal budinya dan akal budinya mengalami distorsi. Kira-kira ada 12 bagian firman Tuhan yang mencatat demikian:

1. Roma 1:28, “terkutuk”
2. 2 Korintus 3:14, “tumpul”
3. 2 Korintus 4:4, “dibutakan”
4. Efesus 4:17, “sia-sia”
5. Efesus 4:18, “gelap”
6. Kolose 1:21, “jahat”
7. Kolose 2:4, “diperdaya”
8. Kolose 2:8, “palsu:
9. Kolose 2:18, “duniawi”
10. 1 Timotius 6:5, “rusak/sakit”
11. 2 Timotius, “bobrok”
12. Titus 1:15, “najis”

Sebagai akibat dari semua kerusakan ini maka tidak heran banyak orang yang walaupun selalu diajar, namun tidak pernah dapat mengenal kebenaran (2Tim. 3:7) dan beberapa bahkan giat melayani Tuhan, tetapi tanpa pengertian yang benar (Roma 10:2). Tidak heran, gereja-gereja yang dipenuhi orang adalah gereja yang menawarkan solusi praktis, keajaiban, supranatural. Sedangkan gereja yang berusaha mendidik orang dalam kebenaran, mendorong orang untuk pembinaan, belajar FT mulai dijauhkan. Orang lebih suka dengan penglihatan, mujizat yang katanya dari Tuhan tetapi tidak pernah mau belajar Firman Tuhan yang jelas-jelas penyataan Allah bagi manusia.

Apakah bisa manusia dengan segenap akal budinya mengasihi Tuhan? Tidak dengan keadaan demikian! Bagaimana kita bisa kembali kepada maksud Allah semula bahwa dengan segenap akal budi kita, kita dapat mengasihi Dia?

1. Pikiran kita harus ditebus

Kalau mau diusut maka akar dari kerusakan akal budi manusia adalah berasal dari kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Hawa begitu diperdaya pikirannya oleh si ular. Di dalam Kejadian 3:6 Hawa menilai buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat itu pertama dari segi fisiknya di mana buah itu baik untuk dimakan. Mungkin Hawa berkata dalam hatinya, “hm…mungkin Iblis benar bahwa Tuhan sengaja menghindarkanku dari buah ini agar aku tidak menikmati semua kebahagiaan dalam taman ini.” Berdasarkan pemikiran ini, maka ia melangkah kepada penilaian kedua yaitu secara emosi atau keindahan. Buah itu sedap kelihatannya. Hawa memikirkan buah itu dan merasakan di dalam hatinya. Ada sebuah tulisan berkata, “pikirkan perasaanmu dan rasakan pikiranmu.” Secara negatif, hawa memandang buah itu. Dan terakhir, Hawa mengambil langkah terakhir yaitu penilaian secara intelektual. Buah itu dapat memberi pengertian. Pengertian sepeti yang dimiliki Allah. Pikiran yang sudah jatuh ke dalam dosa ini yang membuat manusia tidak lagi berkenan kepada Tuhan. Apakah ini berarti manusia tidak lagi pintar? Tidak! Manusia banyak yang pintar dan meraih penghargaan nobel atau pulitzer atau penghargaan lain, tetapi itu tidak dapat membuatnya datang kepada Tuhan.

Cerita William James Sidis. Sidis adalah salah satu manusia yang terpandai di dunia yang pernah hidup. Keajaiban Sidis diawali ketika dia bisa makan sendiri dengan menggunakan sendok pada usia 8 bulan. Pada usia belum genap 2 tahun, Sidis sudah menjadikan New York Times sebagai teman sarapan paginya. Semenjak saat itu namanya menjadi langganan headline surat kabar: menulis beberapa buku sebelum berusia 8 tahun, diantaranya tentang anatomy dan astronomy. Pada usia 11 tahun Sidis diterima di Universitas Harvard sebagai murid termuda. Harvardpun kemudian terpesona dengan kejeniusannya ketika Sidis memberikan ceramah tentang Jasad Empat Dimensi di depan para professor matematika. Lebih dasyat lagi: Sidis mengerti 200 jenis bahasa di dunia dan bisa menerjamahkannya dengan amat cepat dan mudah. Ia bisa mempelajari sebuah bahasa secara keseluruhan dalam sehari !!! tetapi percuma segala yang ada di dalam akal budinya tidak membawa dia kepada Tuhan.

SS, sebagai hasil dari penebusan Kristus, maka kita yang percaya kepada-Nya mengalami penebusan tidak hanya hidup tetapi juga pikiran kita sudah ditebus. Pikiran kita bukan lagi milik Iblis yang bisa dimanfaatkannya untuk melakukan dosa dan memberontak kepada Allah melainkan pikiran kita sudah menjadi milik Kristus dan diserahkan bagi kemuliaan Tuhan.

2. Pikiran kita harus diperbaharui

Ketika seseorang sudah masuk ke dalam persekutuan dengan Tuhan, maka segala yang dilakukan dan dipikirkannya adalah jalan yang baru. Pikiran kita akan dimampukan untuk berpikir sesuatu yang baru dan membersihkan pikiran kita yang lama. Tentu saja, ini adalah pekerjaan Allah Roh Kudus yang membersihkan pikiran kita, memperbaharui pikiran kita (Rm. 12:2; Ef. 4:23; Kol. 3:10). Bagaimana caranya Roh Kudus bekerja? Dengan firman-Nya. Untuk berpikir seperti Allah, maka seseorang harus berpikir seperti Alkitab/firman Tuhan.

Harry Blamires berkata, “untuk berpikir secara alkitabiah maka harus berpikir di dalam koridor pewahyuan. Bagi orang sekuler, Allah dan teologi adalah area bermain mereka. Bagi kekristenan, Allah adalah nyata, dan teologi Kristen menggambarkan kebenaran-Nya yang dinyatakan-Nya kepada kita. bagi pikiran sekuler, agama adalah hanya sekedar masalah teori, bagi pikiran Kristen, kekristenan adalah berbicara aksi dan fakta. Aksi dan fakta yang didasarkan kepada iman kita yang tercatat di dalam firman Tuhan." (Terjemahan bebas)

Karena itu pembaharuan akal budi adalah melalui firman-Nya. Tidak ada jalan yang lain!
Kalau pikiran kita sudah ditebus dan diperbaharui, maka tentu kita dituntut oleh Tuhan untuk mempersembahakannnya dengan segenap akal budi kepada Tuhan.

Pada abad 5 sampai 11, adalah merupakan abad di mana pengetahuan berhenti dan pengajaran hampir dimusnahkan. Abad ini dikenal dengan abad kegelapan. Dimana orang Vandal membakar perpustakaan-perpustakaan. Seni membaca hampir hilang. Bahasa-bahasa kuno dilupakan. Orang hanya memperhatikan kesenangan dan bagaimana dapat bertahan hidup. Namun bersyukur, ada warisan2 yang tidak punah. Warisan budaya Yunani dan hukum Roma tidak dilupakan. Karya2 besar dalam seni, literatur, penemuan, dll dipelihara. Bagaimana bisa demikian? Karena gereja Kristen mempertahankannya. Di dalam biara2, ada orang2 yang menyalin buku-buku kembali. Alkitab, karya-karya bpk2 gereja, sejarah dan filsafat, karya sastra, tulisan mengenai kedokteran, bilogi, puisi dan teknik ketrampilan semua disimpan, dibahas, dipelihara dengan baik.

Melihat dunia modern saat ini, sepertinya abad kegelapan itu kembali muncul. Banyak orang yang mulai merusak nilai-nilai. Mereka menghina keteraturan dan nilai-nilai objektif. Orang tidak lagi taat kepada hukum. Semua lebih suka melihat kekerasan dan antiintelektualisme. Semua beralih kepada spiritualisme yang palsu di dalam Yoga, kundalini, reiki, positive thinking, dll.

Seorang profesor yang bernama Gene Edward Veith berkata, “jika zaman kegelapan hadir kembali, pengetahuan mungkin akan bertahan lagi, seperti yang selalu terjadi, dalam gereja. Saya membayangkan orang Kristen bertemu bersama untuk membahas hal-hal penting mengenai teologi dan gagasan lain ketika tidak ada orang lain yang tertarik kepada pemikiran abstrak; dan orang Kristen membaca Alkitab dan buku-buku lain, di saat orang-orang lain lebih suka menonton televisi. Jika Kristus menunda kedatangan-Nya yang kedua kali, dan jika gereja menolak untuk menyamakan diri dengan kecenderungan dunia, mungkin orang Kristen—seperti pada masa lalu—akan mempelopori suatu renaissans baru; perkembangan seni dan sains, pembaruan budaya barat dan timur, dan kebangunan spiritualitas yang alkitabiah.”

apakah kita mau menjadi bagian dari kepeloporan ini bisa suatu saat terjadi?

MaUKAH?
1. TIDAK MALAS BERPIKIR
2. MULAI BELAJAR SERIUS FIRMAN TUHAN
3. MEMIKIRKAN NILAI-NILAI KEKRISTENAN DAN MENERAPKANNYA DI MANAPUN KAMU BERADA.

Khotbah di Komisi Pemuda GKKB Pontianak tgl 5 Oktober 2008