Monday, December 29, 2008

Imanuel--Allah beserta kita

Budi adalah seorang profesor penemu ulung, dia berhasil menciptakan robot yang bisa mendeteksi kebohongan, dia membuat robot itu sedemikian rupa sehingga ketika mendengarkan kebohongan, sang robot akan langsung menampar si pembohong itu... Budi dengan bangga membawa robot itu ke ruang keluarga dan menunggu anaknya pulang... tapi anaknya tak kunjung pulang... ditunggu-tunggu baru sore hari sang anak pulang... "Kamu dari mana ? kok pulangnya telat" tanya si Budi. "Ada pelajaran tambahan pa" jawab sang anak. *PLAK* Sang robot menampar si anak... "Nak, ini adalah robot ciptaan ayah, dia akan menampar siapapun yang berbohong..! sekarang katakan dengan jujur, kenapa pulangnya telat ??!" "Maaf ayah.. aku habis menonton film di rumah teman..." "Film apa?" "Film Sinetron pa" *PLAK* Ayo katakan denga! n jujur film apa ??" "Maaf Ayah... saya menonton film porno" mendengar itu marahlah si Budi.. "Kamu itu yach ... kecil-kecil uda nakal, mau jadi apa kamu nanti besar ? kurang ajar kamu yach ... bikin malu ajah ... perbuatan yang benar-benar memalukan..! !! papa waktu seumuran kamu gak pernah melakukan hal senakal kamu...!" *PLAK* Budi ditampar sang robot. Suasana hening untuk beberapa saat... Istri Budi kemudian masuk datang dan langsung berkata... "huh, sama aja kelakuannya, apel gak akan jatuh jauh dari pohonnya kan ? ya gimanapun juga dia anak elo, jadi... " *PLAK* Sang robot menampar istri Budi sebelum sang istri sempat menyelesaikan kata2nya.. Dan semua terdiam...

SS, Bagaimana jadinya kalau Tuhan adalah seorang pembohong? Maka Kita akan mendengar suara tamparan di surga, dengan catatan robotnya masuk surga. Bagaimana jadinya kalau Tuhan tidak menepati janji-Nya seperti yang ditulis di dalam Maleakhi 4:2 berkata, “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran .. . ”?? maka hidup manusia juga adalah sebuah kebohongan. Manusia hanya akan diperbudak oleh dosanya, penderitaannya, kesulitannya, dan masalahnya. Tidak pernah ada jalan keluar bagi manusia, karena satu-satunya jalan keluar yang mungkin adalah pada Tuhan. Tetapi bagaimana kalau satu-satunya jalan keluar itu tertutup? Maka tamatlah sejarah manusia! Saya memikirkan dua ironi yang terjadi berkaitan dengan hal ini:

  1. Sebagian manusia akan berhenti berharap dan berkata, “Tuhan sudah mati. Tuhan tidak ada! Tuhan tidak bekerja lagi sekarang tetapi meninggalkan ciptaan tangan-Nya” Maka mereka berusaha dengan kekuatan sendiri mengatasi dosa dan masalah dalam hidup ini. Apakah bisa? Apakah manusia mampu? Tidak! Manusia hanya menutupi dosa mereka dengan dosa yang lain. manusia hanya menutupi masalah mereka dengan masalah yang lain. maka manusia binasa.
  2. Sebagian manusia lainnya akan tetap berharap kepada Tuhan. Mereka akan menanti dengan setia. Tetapi yang dinanti tidak kunjung datang. Yang ditunggu-tunggu tidak pernah menepati janjinya. Maka manusia binasa. Betapa malangnya manusia bukan kalau mereka menanti dan berharap kepada Tuhan yang tidak menepati janji-Nya?

Tetapi kita bersyukur bahwa Allah tidak pernah ingkar janji. Melalui kisah Yakub, kita akan melihat bukti penyertaan Tuhan. Mari kita membaca Kejadian 28:10-22.

SS, siapa Yakub? Yakub adalah anak Ishak yang menjadi kesayangan Ribka, mamanya. Dia jarang keluar rumah. Dia dapat dikatakan anak mami, anak rumahan. Dia berbeda dengan Esau yang kuat, pengembara. Tetapi pada saat itu, Yakub terpaksa harus pergi dari rumahnya karena setelah dia menipu kakaknya, Esau, Dia akan dibunuh. Maka pergilah ia menuju tempat Pamannya, Laban dengan segala keputusasaan, homesick, kesepian, dan kebimbangan. Pada Malam ketika ia tidur, Yakub bermimpi. Yakub melihat ada sebuah tangga yang ujungnya sampai ke langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.

Apa maksud dari Tangga Yakub ini yang dikutip juga oleh Tuhan Yesus di dalam Yohanes 1:51?

1. Allah beserta kita (tangga itu dari atas ke bawah = turun)

Kita akan melihat tangga itu dari atas ke bawah dan ini menunjukkan bagaimana Allah berinisiatif menyatakan janji-Nya kepada Yakub. Di tengah-tengah pergumulan Yakub, Allah menyatakan diri-Nya dan janji-Nya bahwa Ia akan menyertai Yakub ke manapun ia pergi (ay. 15). Tangga itu dari atas ke bawah menunjukkan Allah peduli akan segala kesulitan dan pergumulan yang dialami Yakub. Tuhan pun peduli kepada segala kesulitan dan pergumulan yang dialami setiap kita yang hadir di tempat ini. Apa bukti kepedulian Tuhan? Ia datang dari atas (surga) turun ke bawah (dunia). Ia datang dari kemegahan, kemuliaan dan kekuasaan kepada kehinaan, kesengsaraan, dan kerendahan. Ia datang dari sorga, tempat yang paling diinginkan orang-orang di dunia ini, menuju bumi, tempat di mana dosa dan penderitaan merajalela di mana-mana.

Dari Allah yang tidak terbatas menjadi seorang bayi manusia yang terbatas. Ibrani 2:14 berkata, “karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka.” Dengan kata lain, “ketika kita berdarah dan berdaging, maka Ia pun berdarah dan berdaging sama seperti kita.” Siapa yang mengerti pergumulan manusia selain dari manusia itu sendiri? Siapa yang mampu mengerti kesulitan, penderitaan, sengsara, kepahitan, sakit hati kita selain daripada manusia itu sendiri. Tetapi apakah manusia lainnya bisa mengerti kita? Apakah orang-orang yang duduk Di samping kiri kanan, depan belakang saudara mampu mengatasi penderitaan, kepahitan dan luka saudara? tidak! Mereka pun memiliki kesulitan, penderitaan, kepahitannya sendiri. Yang terluka tidak dapat mengobati yang terluka.

Tetapi Yesus, Ia sumber sukacita, sumber pengharapan itu menjadi manusia agar dapat mengobati kita yang terluka. 1 Korintus 2:11 berkata, “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam diri dia?” tetapi ayat ini tidak berhenti hanya di situ, dilanjutkan, “demikian pulalah tidak ada yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” Yesus adalah manusia sejati sehingga Ia mengerti pergumulan kita dan Ia adalah Allah sejati sehingga Ia mampu mengatasi pergumulan kita. Karena itu, hanya satu pengharapan manusia yaitu di dalam diri Tuhan Yesus.

SS, Apa yang dimimpikan Yakub dipakai Tuhan di dalam Yohanes 1:51. Ketika itu Natanael sempat mempertanyakan apakah ada sesuatu yang baik datang dari Nazaret? Tetapi ketika ia percaya kepada Tuhan Yesus, maka Tuhan Yesus menjaminkan dia suatu hal yaitu Dia akan melihat langit terbuka dan malaikat Tuhan akan turun naik. Tangga itu turun menunjukkan Allah akan beserta dengannya. Allah akan menyertai orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Apakah saudara pernah percaya sekali kepada seseorang? Bagaimana jadinya kalau orang itu mengecewakan saudara? Inilah yang terjadi di dalam hidup manusia, seberapa percayanya kita, suatu saat akan mengecewakan kita. Jadi, kepada siapa seharusnya kita percaya, maka pemazmur di dalam Mazmur 56:4 (BUKA ALKITAB) di kala ia mengaku bahwa ia takut, ia berkata kepada Allah aku percaya. Maka setelah itu di dalam ayat-ayat berikutnya kita melihat bahwa pemazmur memiliki keyakinan dan pengharapan kepada Allah dan berkata, “Kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.” (ay. 5, 12) Dia mengucapkannya 2 kali saudara yang menunjukkan suatu kepercayaannya kepada Tuhan dan ia tidak takut lagi menghadapi hidup ini. Jadi, ada pribadi yang kita tuju yaitu Tuhan, dan ada yang kita lakukan yaitu percaya, maka hasilnya kita tidak takut.

Ketika Yakub bangun dari tidurnya, ia menyadari kehadiran Tuhan dan menyebut tempat di mana ia berada adalah pintu gerbang sorga (the gate of Heaven) di mana Tuhan menyatakan diri-Nya. Kehadiran Tuhan ke dalam dunia (natal) adalah di mana pintu keselamatan itu dinyatakan. Dia datang untuk mati di atas kayu salib untuk dosa saudara dan saya. Pintu keselamatan itu dibukakan bagi mereka yang dipanggil di dalam nama-Nya. Bagi saudara-saudara yang belum merasakan damai natal ini, di mana Tuhan berkenan hadir di dalam hati saudara membereskan dosa dan pergumulan saudara, bila saudara merasakan firman Tuhan berbicara di dalam hati saudara, saudara merasa berdosa dan membutuhkan Juruselamat, maka datanglah kepada Tuhan. Percayalah kepada Tuhan Yesus karena hanya Dia yang mampu menjadi jawaban bagi segala pergumulanmu. Mungkin saudara-saudara bertanya-tanya, Bagaimana saya bisa yakin bahwa Dia adalah yang benar yang dapat saya percaya? Jawabannya adalah, Karena hanya Tuhan Yesus yang membuktikan janji-Nya. Pembuktian akan janji terbitnya surya kebenaran itu ditepati-Nya di dalam Yohanes 1:9, “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya,”

Berapa lama orang Yahudi menantikan pembebasan dari seorang Mesias? Sejak zaman Israel. Tetapi ada satu masa yang panjang sejak zaman nabi Nehemia sampai pemerintahan Romawi kira-kira 400 tahun lamanya yang tadi didramakan di mana ada satu periode yang dinamakan periode intertestamental (peralihan antara PL dan PB), ini sering disebut zaman kevakuman Allah. di zaman inilah orang Yahudi menantikan kedatangan Mesias. Di tengah penaklukan bangsa Persia, kebobrokan dan penganiayaan bangsa Yunani, dan tekanan bangsa Romawi, maka harapan orang Yahudi satu-satunya adalah kedatangan Mesias, Juruselamat itu. Tetapi apakah firman Tuhan Vakum? Apakah Allah diam? Sebenarnya tidak! Apa yang terjadi selama 400 tahun itu sudah dinubuatkan di dalam Daniel 2, 7, 8 dan 11. Ini menunjukkan bagaimana Terang firman itu tetap beserta di tengah kegelapan zaman. Apakah ada tempat atau waktu di mana Terang Tuhan tidak beserta? Tidak ada! Sejak penciptaan ketika Terang itu dikatakan baik adanya sampai kepada ketika manusia tidak membutuhkan lagi terang matahari karena Allah akan menjadi penerang abadi, maka kita melihat tidak ada tempat atau waktu di mana Terang Tuhan tidak bercahaya dan beserta ciptaan tangan-Nya.

Tangga itu dari atas ke bawah yaitu Imanuel, Allah beserta kita. Apa yang masih kita kuatirkan? Percayalah kepada-Nya!

2. Kita mengikuti Tuhan (tangga itu dari bawah ke atas = naik)

Ss, seringkali dalam hidup kita, kita terlalu sibuk dengan pergumulan dan masalah dalam hidup kita. Kita memohon kepada Tuhan untuk menjaga, memelihara kita dan memberkati kita. kita selalu berseru dan berseru kepada Tuhan. Kita ingin Tuhan selalu turun ke bawah menolong kita. Tetapi Tuhan mendapati kita tidak sepenuhnya bergantung kepada-Nya. Dengan kata lain, Kita belum naik tangga ke atas. Kita terlalu terpuruk dengan keadaaan kita.

SS, setelah Yakub berangkat dari tempatnya itu, ia bertemu dengan Laban dan kita melihat bagaimana Yakub terus mengalami pergumulan dalam hidupnya sampai kepada pertemuannya kembali degan Esau, kakaknya. DI dalam Kejadian 32, kita melihat bagaimana Yakub takut untuk bertemu dengan Esau, sampai Tuhan harus kembali mengingatkan dia dengan bergumul bersama Yakub. Tuhan sampai harus membuat Yakub pincang untuk menyakinkan penyertaan Allah kepada Yakub.

Berapa banyak dari kita yang mengamini bahwa Allah adalah Allah yang baik? banyak! Bahkan mungkin setiap kita yang hadir di sini tidak akan mengingkarinya. Tetapi berapa banyak yang di dalam segala pergumulannya dan masalahnya masih bisa berkata Tuhan itu baik dan tetap hidup bersukacita? Berapa banyak dari kita yang mengamini bahwa Allah adalah Allah yang Mahakuasa? Banyak! Tetapi berapa banyak dari kita yang meragukan kuasa Allah ketika badai hidup menerjang kita? Banyak juga! ketika banyak orang bilang tahun 2009 krisis global akan lebih parah daripada tahun 1998, usaha mulai menurun, PHK di mana-mana, dll, berapa banyak dari kita yang masih mampu berkata, “Tuhan, aku tidak kuatir karena hidupku di tangan-Mu. Aku tetap percaya kepada kuasa-Mu yang mengatur sejarah dunia ini?”

Paulus di dalam Kolose 3:2 berkata, “Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” Apa artinya? Artinya adalah pikiran kita harus selalu tertuju kepada Tuhan. Kita harus memiliki the heavenly mind. Kaki ini memang berpijak di bumi, tetapi pikiran dan hati kita haruslah heavenly/surgawi. Kaki yang berpijak di bumi ini menunjukkan bahwa kita akan tetap menjalani hidup di dunia ini, Bertemu dengan kesulitan, masalah, pergumulan, kepahitan, penolakan, dan banyak lagi. Tetapi pikiran hati kita harus tertuju kepada Allah yang berkuasa. Dengan demikian, saya percaya bahwa kita akan membawa suasana surgawi itu ke tengah-tengah dunia ini. Kita akan menghadapi masalah hidup ini dengan cara Tuhan, bukan dengan cara kita yang terbatas dan di dalam keberdosaan.

SS, istri saya sedang mengandung. Awal-awal kehamilannya ini sangat menyulitkan dirinya. Baju semakin sempit, badan sakit-sakit, maunya tidur terus, dan banyak lagi. Saya melihat bagaimana dia mampu bertahan menghadapi “penderitaannya” ini karena dia sadar ini harus ditempuh olehnya demi mendapatkan sesuatu yang berharga. Pikiran akan datangnya seorang bayi di tengah-tengah kami yang akan membahagiakan hidup kami tentu menjadi pendorong di dalam menghadapi kesulitan dalam proses kehamilan.

Demikian juga dengan kita. Pikiran akan bagaimana penderitaan akan membuat iman kita teruji, menjadi murni dan bertumbuh, seharusnya menjadi pendorong bagi kita di dalam menghadapi tantangan dunia ini. Kita tidak akan menjadi anak-anak gampang. Kita tidak akan menjadi orang Kristen yang sedikit-sedikit putus asa dan mempertanyakan Tuhan. Di dalam 1 Petrus 1:6-7, “Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu adalah untuk membuktikan kemurnian imanmu—yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api—sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.” Dukacita itu dikatakan hanya seketika saja dibandingkan kemuliaan yang akan kita dapatkan selama-lamanya.

waktu saya diutus praktik satu tahun, sekolah saya mengadakan ibadah pengutusan. Seorang dosen saya berkhotbah dan beliau berkata bahwa di dalam pelayanan akan banyak mengalami tantangan. Ketika kami tahan uji menghadapi tantangan itu, maka kami akan lulus dan mendapatkan gelar kami, ada yang Sth (sarjana Teologi) dan ada juga M. Div (Master Divinitas). Kalau belajar lagi dan lulus lagi maka akan dapat gelar sampai paling tinggi yaitu Phd. (doktor philosofi). Tetapi gelar2 di atas tidak akan ada gunanya tanpa satu gelar yang paling penting yang diberikan oleh Tuhan sendiri, yaitu W. D. (Well Done). [Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik].”

Maukah saudara mengikut Tuhan dengan setia di tengah-tengah gejolak zaman ini? Maukah saudara tidak berdiam diri saja, tidak hanya meminta-minta penyertaan Tuhan tetapi mulai sekarang saudara mau berkata, “Tuhan, pakai segala peristiwa dalam hidupku untuk membuatku semakin mendekat pada-Mu dan memuliakan-Mu.”

No comments: