Siapa Pilatus? Kalau Yohanes Pembaptis adalah tokoh penting pada kelahiran Yesus, maka Pilatus juga adalah tokoh penting di dalam penyaliban Yesus. Yohanes Pembaptis mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus, maka Pilatus juga “mempersiapkan” jalan bagi kematian Yesus. Di dalam Alkitab, Pilatus hanya disebutkan sebagai wali negeri artinya pemerintah tertinggi Romawi yang menjabat di Yerusalem. Keputusan tertinggi di Yerusalem adalah di tangan Pilatus. Bagaimana sih sebenarnya Pilatus menyikapi tuduhan atas Yesus? Sebuah komentari menuliskan bahwa Pilatus sebenarnya adalah a man in need, seorang manusia yang sedang membutuhkan. Membutuhkan apa? Membutuhkan kebenaran. Sepanjang percakapan dengan Tuhan Yesus (dan para orang Yahudi), yang dia butuhkan adalah penjelasan mengapa Yesus harus dihukum padahal tidak ada dosa yang ditemukan olehnya. Pilatus diberi kesempatan yang sedemikian berharga oleh Tuhan untuk bertatap muka dan berbicara langsung dengan kebenaran itu, tetapi ironisnya dia tidak mengenal kebenaran itu karena hatinya lebih condong kepada menyenangkan manusia daripada menyenangkan Tuhan.
Waktu saya membaca mengenai Pilatus, saya kasihan dengan Pilatus. Dia memiliki kekuasaan yang sangat besar tetapi tidak berdaya terhadap People Power. Kemarin di dalam khotbah SKI, Pdt. Samuel Fu mengatakan bahwa zaman sekarang adalah zaman civil society/people power (Bibit-Chandra, Bank Century dan Koin Prita didukung oleh rakyat banyak), ini memang baik tetapi people power/civil society dapat juga menyesatkan kebenaran. Karena terlihat mayoritas maka kebenaran dapat diatur dan diputarbalikkan, seperti yang terjadi pada Pilatus.
Pilatus sebenarnya dia memiliki kuasa untuk membebaskan/menyalibkan Yesus. Pilatus berkata kepada Yesus 19:10, “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” Tetapi pada ayat berikutnya, menarik sekali Yesus menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. . . “ Apa maksudnya? Maksudnya adalah kekuasaan Pilatus adalah di tangan Allah. Allah yang mengatur kekuasaan dan pilihan dia. Ini memang salah satu paradox di dalam Alkitab di mana Allah yang mengatur jalan salib, tetapi Pilatus dan orang banyak itu juga hatinya condong untuk menyalibkan Kristus. Yang mana yang benar? Dua-duanya benar. Dua-duanya berjalan bersama-sama.
Allah memang merencanakan jalan salib. Kalau kita membaca di dalam 18:28-32, “Maka mereka membawa Yesus dari Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi. Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah. Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata: "Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?" nah, ini biasa ditanyakan oleh pejabat Negara. Jawab mereka kepadanya: "Jikalau Ia bukan seorang penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambillah Dia dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu." SS, Pilatus sebenarnya tahu bahwa dia tidak boleh bekerja sama bila itu menyangkut urusan agama Yahudi, kecuali bila hal itu sudah diluar kendali. Karena itu, dia menyerahkan Yesus kembali kepada mereka supaya Yesus diadili. Kata orang-orang Yahudi itu: "Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang." Jadi, kita melihat bahwa orang Yahudi memang sudah berniat membunuh Yesus tetapi karena mereka tidak mau mencemari tangan mereka menjelang Paskah, mereka minta Pilatus yang menghukum. Demikian hendaknya supaya genaplah firman Yesus, yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.” Nah, apa maksudnya? Kalau dibunuh di tangan orang-orang Yahudi, maka hukumannya adalah rajam/lempar batu sampai mati, sedangkan kalau diserahkan kepada pemerintah Romawi, maka hukuman tertinggi adalah disalib. Nah, keinginan daripada orang-orang Yahudi ini akan menggenapi rencana Allah yaitu Yesus disalib, “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!" (Gal. 3:13). Allah merencanakan jalan salib melalui keinginan hati mereka. Mungkin ada yang ingin menyanggah saya dan berkata, “jahat banget Allah memanfaatkan mereka?” Tidak, Allah tidak memanfaatkan mereka, karena di dalam hati sudah ada kegelapan dosa. Firman Tuhan menuliskan, Pilatus akhirnya mengetahui bahwa Yesus diserahkan kepada dia karena dengki, “Ia memang mengetahui, bahwa mereka telah menyerahkan Yesus karena dengki.” (Mat. 27:18) Rencana Allah dan keinginan hati manusia berjalan bersama-sama.
SS, kalau Allah tidak berencana sengaja datang ke dalam dunia di dalam kelahiran Yesus dan berencana menebus dosa manusia lewat kayu salib, maka tidak akan ada keselamatan. Keinginan hati manusia tidak berjasa atas penebusan Kristus (cth: Yudas Iskariot yang disebut pahlawan di dalam Injil Yudas) melainkan itu adalah dosa yang menjijikkan di mata Tuhan.
SS, Kembali kepada Pilatus, inilah a man in need, manusia yang mencari kebenaran tetapi lari daripada kebenaran itu sendiri. Dia lebih takut kepada manusia daripada kepada Allah.
Tuhan Yesus berkata 18:37, “Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." Kristus datang ke dalam dunia untuk menjadi Raja di hati kita. Dan siapakah yang dapat mendengarkan suara-Nya dan mengerti kebenaran daripada-Nya? Mereka yang berasal dari kebenaran. Artinya, mereka yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk mendengar dan mengerti kebenaran. Apa kebenaran itu? Kristus lahir menjadi manusia dan mati di kayu Salib untuk menebus dosa manusia.
Apakah saudara memahami kebenaran ini? Apakah saudara juga berasal dari kebenaran? Kalau Roh Kudus berbicara di dalam hati saudara dan saudara mampu mendengarkan dan mengerti firman Tuhan hari ini, buka hatimu dan terimalah Yesus sebagai Raja di hatimu yang akan memimpin langkahmu di dalam hidup ini. Maukah saudara?
Bila saudara sudah memahami kebenaran ini sekian lama, pertanyaan saya, apakah Kristus sudah menjadi Raja yang bertahta di hatimu? Sudahkah Dia menjadi yang terutama? Sudahkah hidup kita memuliakan nama-Nya? Rendahkanlah hatimu dihadapan-Nya. Melihat kepada rencana Allah yang agung dan kebebalan dosa manusia, maka sudah sepatutnya kita merendahkan diri di hadapan Allah dan menghargai hidup baru yang Dia sudah berikan. Maukah saudara?
Khotbah komisi Pemuda GKKB jemaat Pontianak tgl 20 Desember 2009
Kian Guan
Monday, December 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment