(1 Petrus 1:3-12)
Surat Rasul Petrus yang pertama dapat dikatakan surat penderitaan (bacalah seluruh isi surat ini). Jemaat Tuhan pada zaman itu mengalami begitu banyak tantangan atau cobaan, baik dari dalam (1Ptr. 4:3) maupun dari luar jemaat (1Ptr. 2:18). Yang menarik adalah, Petrus memulai surat penderitaan ini dengan berita kebangkitan Tuhan Yesus. Loh, apa hubungannya kebangkitan Yesus dengan penderitaan? Bukankah berita kebangkitan adalah berita kemenangan—bukan berita kesengsaraan?
Dari bagian firman Tuhan yang kita baca ini, saya menarik 2 kesimpulan, mengapa Petrus menghubungkan berita kebangkitan dengan penderitaan:
Pertama, Kebangkitan Yesus adalah harapan di tengah penderitaan. Setiap kita yang sudah diselamatkan dari dosa dan dilahirkan kembali melalui kebangkitan Yesus tidak berarti bebas dari penderitaan di dalam dunia yang berdosa ini. Sakit penyakit, kemiskinan, penutupan gereja, penganiayaan, dan penderitaan lainnya silih berganti datang menghampiri kita. Namun, kebangkitan Yesus membawa kita kepada kehidupan yang baru dan penuh pengharapan (ay. 3). Surga akan menjadi bagian kekal ketika kita meninggalkan dunia ini atau ketika Tuhan datang kedua kalinya (ay. 4). Saat ini, Tuhan yang sudah bangkit itu menjanjikan pemeliharaan. Bayangkan, dipelihara oleh kekuatan Allah—bukan kekuatan manusia! Petrus berkata, “Bergembiralah akan hal itu!” (ay. 6).
Kedua, penderitaan membuktikan kemurnian iman kita yang dibangkitkan di dalam Kristus. Terkadang sulit untuk melihat apakah seseorang sudah tinggal di dalam Tuhan atau belum. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah melalui ujian penderitaan. Setiap orang yang sudah tinggal di dalam Tuhan akan melihat penderitaan sebagai ujian bagi kemurnian imannya, bukan sebagai sesuatu yang harus disesali. Kita yang sudah mati dan dibangkitkan di dalam Kristus tidaklah boleh menjadi anak-anak gampang (Ibr. 12:5-8). Anak-anak gampang akan mudah meninggalkan Tuhan di tengah badai penderitaan.
Percayalah, Tuhan yang sudah bangkit itu saat ini sedang berjalan di samping kita dan membisik kepada kita, “ayo anak-Ku, bertahanlah, sedikit lagi.”
Kebangkitan-Nya, harapan di tengah penderitaan.
Surat Rasul Petrus yang pertama dapat dikatakan surat penderitaan (bacalah seluruh isi surat ini). Jemaat Tuhan pada zaman itu mengalami begitu banyak tantangan atau cobaan, baik dari dalam (1Ptr. 4:3) maupun dari luar jemaat (1Ptr. 2:18). Yang menarik adalah, Petrus memulai surat penderitaan ini dengan berita kebangkitan Tuhan Yesus. Loh, apa hubungannya kebangkitan Yesus dengan penderitaan? Bukankah berita kebangkitan adalah berita kemenangan—bukan berita kesengsaraan?
Dari bagian firman Tuhan yang kita baca ini, saya menarik 2 kesimpulan, mengapa Petrus menghubungkan berita kebangkitan dengan penderitaan:
Pertama, Kebangkitan Yesus adalah harapan di tengah penderitaan. Setiap kita yang sudah diselamatkan dari dosa dan dilahirkan kembali melalui kebangkitan Yesus tidak berarti bebas dari penderitaan di dalam dunia yang berdosa ini. Sakit penyakit, kemiskinan, penutupan gereja, penganiayaan, dan penderitaan lainnya silih berganti datang menghampiri kita. Namun, kebangkitan Yesus membawa kita kepada kehidupan yang baru dan penuh pengharapan (ay. 3). Surga akan menjadi bagian kekal ketika kita meninggalkan dunia ini atau ketika Tuhan datang kedua kalinya (ay. 4). Saat ini, Tuhan yang sudah bangkit itu menjanjikan pemeliharaan. Bayangkan, dipelihara oleh kekuatan Allah—bukan kekuatan manusia! Petrus berkata, “Bergembiralah akan hal itu!” (ay. 6).
Kedua, penderitaan membuktikan kemurnian iman kita yang dibangkitkan di dalam Kristus. Terkadang sulit untuk melihat apakah seseorang sudah tinggal di dalam Tuhan atau belum. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah melalui ujian penderitaan. Setiap orang yang sudah tinggal di dalam Tuhan akan melihat penderitaan sebagai ujian bagi kemurnian imannya, bukan sebagai sesuatu yang harus disesali. Kita yang sudah mati dan dibangkitkan di dalam Kristus tidaklah boleh menjadi anak-anak gampang (Ibr. 12:5-8). Anak-anak gampang akan mudah meninggalkan Tuhan di tengah badai penderitaan.
Percayalah, Tuhan yang sudah bangkit itu saat ini sedang berjalan di samping kita dan membisik kepada kita, “ayo anak-Ku, bertahanlah, sedikit lagi.”
Kebangkitan-Nya, harapan di tengah penderitaan.
No comments:
Post a Comment