D. A. Carson
Penerbit Momentum
“Buku ini sangat inspiratif sekali bagi saya sejak awal halaman sampai pada akhirnya”
MENGENAI PENDISTORSIAN TERHADAP KASIH ALLAH
A. Mengapa doktrin mengenai kasih Allah dianggap sulit?
1. Di antara dunia dan kekristenan terjadi perbedaan yang sangat signifikan di dalam memaknai tentang kasih Allah. Doktrin mengenai kasih Allah menurut Alkitab sudah diganti dengan paham kasih yang sekedar menghibur dan hampir selalu menggambarkan bahwa kekuatan tertinggi memiliki sifat yang baik. Misalnya dalam film Star Wars yang membahas mengenai Force yang ambigu tetapi condong kepada kemenangan akhir diraih oleh sisi “terang” dari Force. ET, yang menggambarkan dongeng inkarnasi yang menyentuh hati yang mencapai klimaksnya pada kebangkitan dan kenaikan. Kemudian film Contact yang menunjukkan suatu intelegensia yang tidak dijelaskan dipenuhi dengan kasih, pemeliharaan yang bijak, dan menimbulkan kekaguman (wawasan dunianya monistis, naturalis, dan pluralis).
2. Kasih Allah telah disanitasi, didemokratisasi, dan yang terpenting sudah dijadikan sentimental. Sekarang ini, banyak orang yang kelihatannya tidak sulit untuk mempercayai kasih Allah; mereka lebih sulit untuk mempercayai keadilan, murka, dan kebenaran yang tidak berkontradiksi mengenai Allah yang Mahatahu.
3. Gerakan Postmodernisme menjadikan doktrin kasih Allah universal.
4. Ketidakmampuan kita yang tersebar luas untuk memikirkan secara mendalam pertanyaan-pertanyaan fundamental (mis. Mengapa Tuhan mengijinkan kelaparan massal atau Hitler dan Pol Pot berkuasa membantai manusia?) yang memampukan kita untuk mempertahankan doktrin Allah dalam proporsi dan keseimbangan yang alkitabiah (Tertantang?—red.).
5. Kasih Allah kadang-kadang digambarkan di dalam lingkungan Kristen sebagai sesuatu yang lebih mudah dan lebih jelas daripada kenyataannya.
B. Beberapa cara berbeda yang dipakai Alkitab dalam membicarakan kasih Allah.
1. Kasih Allah yang intra-Trinitarian.
2. Kasih providensial Allah kepada semua orang yang telah diciptakan.
3. Maksud penyelamatan Allah terhadap dunia ciptaan-Nya yang telah jatuh ke dalam dosa (condong Arminian).
4. Kasih Allah yang khusus, efektif, dan selektif kepada umat pilihan-Nya (condong Calvinis).
5. Kasih Allah kadang-kadang dikatakan ditujukan kepada umat-Nya dengan suatu cara yang sementara atau bersyarat—yaitu bersyaratkan ketaatan.
Kesimpulan bab 1:
1. Kita tidak boleh melihat cara-cara membicarakan mengenai kasih Allah ini sebagai kasih-kasih yang berdiri sendiri dan terkotak-kotak. Tidak akan membantu jika kita mulai dengan terlalu sering berbicara mengenai kasih Allah yang providensial, kasih-Nya yang memilih, kasih-Nya yang intra-Trinitarian, dan sebagainya, seolah-olah masing-masing terisolasi dari yang lainnya.
2. Kita juga tidak dapat membenarkan salah satu dari cara-cara untuk berbicara mengenai kasih Allah seperti ini dikurangi oleh yang lainnya.
3. Bahkan, kita tidak dapat, sekalipun berdasarkan bukti Kitab Suci, membenarkan salah satu cara itu untuk menundukkan cara-cara lainnya.
The Truth: kita harus menggenggam kebenaran-kebenaran ini secara bersamaan dan belajar mengintegrasikan semuanya dalam proporsi dan keseimbangan yang alkitabiah.
Disadur dari D. A. Carson
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment