Ezra 10:1-14
Di dalam kalimat “saya orang kudus,” ada dua pengertian yang berbeda di dalamnya, yaitu: (1) lahir di kota Kudus (Jawa Tengah), dan (2) hidup di dalam Tuhan. Namun, ada satu persamaan yang tidak dapat dihindari, yaitu menjadi orang kudus—baik lahir atau di dalam Tuhan—bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan yang harus dijalani. Seseorang tidak mungkin memilih untuk tidak dilahirkan di kota Kudus. Demikian pula, seseorang yang sudah hidup di dalam Tuhan, tidak dapat memilih untuk tetap di dalam dosa, melainkan harus memiliki kerinduan untuk hidup di dalam kekudusan, yaitu memisahkan diri dari dosa-dosa. Apakah saudara memiliki kerinduan untuk hidup di dalam kekudusan. Saudara dapat memeriksanya melalui tiga hal berikut:
Pertama, adanya pengakuan dosa (ay. 2). Bangsa Israel mengakui dosanya yang sudah melakukan perkawinan campur dengan bangsa lain. Perkawinan campur ini sangat dilarang Tuhan karena bangsa lain akan mempengaruhi bangsa Israel untuk hidup di dalam penyembahan berhala (lihat kisah raja Ahab dalam 1 Raja-Raja 16:29-33). Tahap awal untuk hidup dalam kekudusan adalah mengakui dosa kita di hadapan Tuhan.
Kedua, adanya dukungan terhadap sebuah tindakan (ay. 4). Bangsa Israel memberikan dukungan kepada nabi Ezra untuk bangkit, kuat, dan bertindak melakukan pemurnian. Ketiga kata kerja ini sulit dikerjakan tanpa ada dukungan yang nyata. Demikian pula, kita seringkali sulit untuk berjuang melawan dosa sendirian. Kita membutuhkan orang-orang di sekitar kita untuk menolong kita dan mendoakan kita. Mari kita bergandengan tangan sebagai tubuh Kristus, menopang satu dengan yang lainnya di dalam mengejar kekudusan.
Ketiga, adanya tekad untuk menuruti perintah Tuhan (ay. 3, 12-14). Seruan tekad bangsa Israel di hadapan Allah merupakan sebuah pembaharuan iman dan komitmen setelah berkali-kali mengecewakan hati Tuhan. Alangkah indahnya setiap kita yang berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup kudus tidak sekedar mengucapkan janji-janji manis, melainkan melakukannya di dalam hidup kita.
Mari kita memeriksa diri kita di hadapan Tuhan! Kiranya anugerah Allah memampukan kita menjalani hidup yang kudus di hadapan-Nya.
Hidup dalam kekudusan adalah sebuah keharusan, bukan pilihan.
Wednesday, September 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment