IBRANI 12:25-29
7 bulan yang lalu ketika saya mulai masuk ke sebuah gereja Pantekosta, saya mulai beradaptasi dengan sebuah ibadah yang liturginya, gaya ibadahnya berbeda dengan yang selama ini saya jalani, karena latar belakang saya bukan Pantekosta. Sampai hari ini saya belajar banyak hal khususnya di dalam semangat dan dinamika pujian dan penyembahan. Beberapa teman saya yang mampir ke Bandung datang beribadah ke tempat ini dan semua menikmati ibadah di gereja kita. Bahkan ada teman saya yang berkata, “sudah lama saya tidak memuji Tuhan sampai menitikkan air mata, padahal itu lagu cepat/pujian.”
Di tempat ini, saya merenungkan bahwa setiap orang memiliki gaya penyembahan yang berbeda. Saya sendiri tidak biasa mengangkat tangan dalam memuji Tuhan, jadi biasanya saudara kalau memperhatikan saya menyanyi, saya memakai jurus semedi di tempat, tetapi tidak sampai jurus Gogon. Tetapi mungkin banyak dari kita yang mengangkat tangan dalam memuji Tuhan, bahkan tidak hanya satu tangan tetapi kedua tangan kita angkat tinggi2 untuk menyembah dan memuliakan Tuhan, atau mungkin ada orang-orang yang seperti Gembala Sidang kita yang tersungkur menyembah Tuhan.
Bagaimanapun cara kita memuji dan menyembah Tuhan (tentu yang berada di koridor firman Tuhan artinya membangun sesama dan tidak menimbulkan keresahan) kita harus memiliki satu cara yang firman Tuhan katakan berkenan di hati Tuhan. Nah ibadah seperti apa yang berkenan di hati Tuhan? Mari kita buka Ibrani 12:25-29! Ibadah yang berkenan adalah ibadah yang disertai dengan rasa hormat dan takut kepada Tuhan. Ini yang harus sama di setiap anak-anak Tuhan di gereja manapun atau denominasi/aliran apapun. Menyembah dan beribadah dengan hati yang penuh rasa hormat dan takut kepada Tuhan! Di Ibrani dikatakan, “Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.” Tentu ibadah tidak hanya saat kita ke gereja tetapi sepanjang hari kita, kita bekerja, belajar, beraktivitas dengan penghormatan kepada Tuhan. Uang/berkat yang Tuhan berikan tidak kita pergunakan seenaknya demi kepentingan pribadi saja. Kita tidak bermegah ketika kita mendapatkan nilai yang baik di sekolah atau kampus, kita tidak bermegah ketika kita dapat melayani dengan kemampuan yang kita miliki, karena kemegahan kita hanya akan menodai kehormatan kita kepada Tuhan yang telah bermurah hati memberkati kita dengan keberhasilan. Roma 12:1 mengatakan bahwa ibadahmu yang sejati adalah mempersembahkan totalitas hidup bagi Tuhan. Mazmur 71:8, “Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada-Mu, dengan penghormatan kepada-Mu sepanjang hari.”
Kata Hormat dan takut pada bagian ini menunjukkan sebuah pengagungan dan ketakjuban kepada Allah yang Mahakuasa, Mahaberdaulat, dan Maha-Maha lainnya. Allah yang disembah adalah Allah yang menguasai dunia ini, menguasai setiap peristiwa-peristiwa di dunia dan di setiap kehidupan saudara dan saya.
Ada seorang senator Amerika bernama Ernie Chambers dari negara bagian nebraska yang tidak tahu bagaimana menghormati Tuhan, bahkan koran menuliskan senator ini sudah gila. Senator ini mengajukan gugatan hukum kepada Tuhan atas segala bencana yang ia turunkan ke dunia. Dia mengatakan, “Tuhan telah menyebabkan banjir, badai, gempa, dan tornado yang mengerikan.” Senator ini meminta pengadilan mengambil keputusan permanen yang melarang Tuhan mengeluarkan ancaman teror. Gugatan Chambers menunjukkan bahwa Chambers berusaha menghadirkan Tuhan ke dunia. “Keluarlah di manapun Engkau berada!” mungkin begitu teriak Chambers. Hingga kini penggugat belum bisa dimintai komentar. Tuhan pun sampai saat ini belum menanggapi gugatan itu. Aya aya wae! Dunia sudah semakin stres dan semakin berani kepada Tuhan. Tetapi kita harus tetap memiliki rasa hormat dan takut kepada Tuhan bagaimanapun dan apapun keadaaan kita.
Pemahaman hormat dan takut pada Ibrani semakin unik sifatnya karena kata takut dalam bahasa aslinya hanya satu-satunya dipakai pada bagian ini. Takut yang bagaimana yang harus menyertai ibadah kita sehari-hari? Tentu bukan takut yang biasa-biasa saja, melainkan rasa takut yang terdiri dari 2 sisi seperti mata uang: (1) rasa takut kepada keperkasaan dan penghakiman yang akan didatangkan Tuhan Yesus ketika Ia datang kedua kalinya. (2) rasa takut sebagai ungkapan syukur atas kerajaan-Nya yang tidak tergoyahkan yang pada saatnya akan dimiliki kita.
SS, kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali di palungan yang hina adalah kedatangan yang membawa misi kasih Allah Bapa. Kedatangan Yesus ini sebenarnya sudah digambarkan di dalam Hagai 2:7-9, 22-23. Mari kita baca! Tuhan berjanji kepada Zerubabel dan Yozadak bahwa bait suci yang baru akan berdiri dan Tuhan akan mengguncangkan alam dan bangsa-bangsa agar semua emas dan perak mengalir ke dalam bait suci ini. Tuhan akan mengguncangkan semua raja-raja dan seluruh kekuatan manusia di bumi. Bukankah itu yang dikerjakan Yesus Kristus di dalam kedatangan-Nya ke dalam dunia. Herodes goncang melihat bintang yang terang itu sehingga dia bunuh semua anak laki-laki yang baru lahir. Orang-orang Yahudi goncang hatinya melihat yang datang bukan Allah yang perkasa melainkan bayi yang lemah. Murid-murid-Nya goncang imannya melihat gurunya/Tuhannya tidak bergeming kepada mereka yang membawanya seperti domba yang dibawa ke pembantaian. Dan bumi pun bergoncang ketika Yesus mati di atas kayu salib. Tuhan Yesus menggoncangkan seluruh keberadaan manusia dengan kehadiran-Nya. Dia menggoncangkan hati saudara dan saya yang keras hingga hati kita menjadi lembut dan menjadi bait suci yang baru di mana Kristus bertahta di dalamnya (Paulus katakan, “tubuhmu adalah bait sucimu”).
Tetapi penulis Ibrani berkata, sekali lagi Tuhan akan menggoncangkan tidak hanya bumi, melainkan langit juga ketika Ia datang kedua kalinya. Kedatangan-Nya sebagai Hakim yang Agung membawa misi penghakiman dengan menghakimi semua orang, baik yang percaya maupun tidak percaya! Kedatangan-Nya akan memisahkan domba milik-Nya dan yang bukan milik-Nya, “Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan (Mat. 25:31-34)” Domba yang bukan milik kepunyaan-Nya akan menerima penghukuman, “Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik (orang-orang yang tidak percaya) karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan (Yud 1:14-15)” Apa hukuman bagi kita yang percaya? Alkitab tidak mencatat! Namun saya percaya penghakiman itu sendiri sudah menjadi hukuman bagi kita! Bayangkan bagaimana jadinya dihakimi oleh Allah yang perkasa dan mulia itu, yang Matius gambarkan kedatangan-Nya membuat matahari menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya, bintang-bintang berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Seluruh bangsa di bumi ditulis Matius, akan meratap (Mat. 24:29-30)! Karena itu, kita harus selalu peka dan berhati-hati dengan segala perbuatan kita di bumi karena akan diperhitungkan di dalam penghakiman nanti.
Tetapi satu hal positif yang kita dapatkan sebagai anak-anak-Nya ketika Kedatangan-Nya yang kedua kali yang menggoncangkan seluruh dunia ini yaitu Tuhan akan menggenapkan kerajaan-Nya yang kokoh dan tidak tergoyahkan oleh siapapun dan apapun juga. Pada akhirnya hanya ada satu raja yang berkuasa atas segala sesuatunya yaitu Raja atas segala raja, Tuhan Yesus Kristus! Dan kita menyembah Allah yang demikian di dalam kerajaan yang tidak akan tergoyahkan itu!
Rasa takut kepada Tuhan yang menghakimi dan yang memberikan kepada kita kerajaan yang tidak tergoyahkan ini yang harus menyertai ibadah kita sehari-hari. Ada 2 sikap yang akan membantu kita meresapi rasa takut dan hormat kita ini:
1. Sikap yang merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Kisah orang Farisi dan pemungut cukai di dalam Lukas 18:9-14 berada di dalam konteks kedatangan Tuhan Yesus kedua kali dan perumpamaan mengenai hakim. Pengakuan dosa dari pemungut cukai adalah karena ia menyadari siapa Pencipta dan siapa yang ciptaan, siapa yang terbatas dan siapa yang Tidak Terbatas, siapa yang Suci dan siapa yang rentan terhadap dosa.
Berapa seringkah saudara di dalam hidup saudara setiap hari merenungkan bahwa saudara adalah orang yang berdosa tetapi mendapatkan anugerah hidup yang kekal di dalam Tuhan? Coba renungkan setiap hari berita Injil ini! Saya percaya saudara akan menghargai setiap orang yang saudara jumpai/saudara tidak akan merasa diri lebih benar daripada orang lain, karena saudara menyadari bahwa saudara dan orang lain adalah mantan terpidana dosa. Paulus menyadari hal ini. Ia berkata, “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal” (1 Timotius 1:15-16).
Ketika saudara merasa sebagai orang yang berdosa namun mendapatkan anugerah, maka hati saudara akan berkobar untuk meresponi kasih Tuhan ini dengan pergi mengajak orang lain untuk seperti saudara yang “beruntung” sudah ada di dalam Tuhan. Bahkan kalau saya perhatikan, orang-orang yang sangat merenungi dan meresapi dosanya dan kasihnya Tuhan ini, orang ini akan rela memberikan seluruh hidupnya bahkan mati bagi pelayanan Tuhan. Saya tidak sabar mendengarkan kesaksian dari ibu Rebecca yang saya percaya akan sangat menguatkan iman kita.
Seberapa sering saudara datang kepada Tuhan dan berdoa, “Ya, Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini!”
2. Sikap yang selalu berjaga-jaga
Kisah 5 gadis bodoh dan 5 gadis bijaksana yang menantikan kedatangan mempelai pada Injil Matius menunjukkan ada orang-orang yang berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan, namun ada juga orang-orang yang tidak berjaga-jaga. Orang-orang yang berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan adalah orang yang selalu peka untuk melawan dosa di dalam hidupnya dan kemudian peka pula untuk selalu menjalankan kehendak/perintah Tuhan di dalam hidupnya. Orang-orang yang demikian biasanya akan serius di dalam merenungkan firman Tuhan, karena dirinya sadar bahwa tanpa tuntutan firman Tuhan maka hidupnya hanya akan mengecewakan hati Tuhan. Saya pernah melihat sebuah tulisan di Alkitab teman saya yang bertuliskan, “saudaraku, kalau kau tidak sedang mencintai firman, maka engkau sedang mencintai dosa.”
Sebaliknya, orang-orang yang tidak berjaga-jaga, mereka menjalankan hidupnya apa adanya/ala kadarnya, tanpa ada keinginan untuk bertumbuh. Biasanya orang-orang yang demikian cukup datang ke gereja saja tiap minggu, tidak perlu melayani Tuhan atau membaca Alkitab setiap hari. Yang penting saya sudah percaya Tuhan. Titik!
Saya mau katakan, setiap orang yang sungguh-sungguh bergumul dalam firman dan sungguh-sungguh mengikut Tuhan saja terkadang jungkir balik dan bergumul di dalam kedagingannya, apalagi yang tidak sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan di dalam firman-Nya?
Kalau kita sungguh-sungguh bergumul setiap hari dalam firman-Nya dan berjaga-jaga di dalam segala tindak tanduk kita, memang kita akan semakin mendapati betapa diri kita lemah dan rapuh, tetapi kelemahan kita berada di lengan Tuhan yang kekal dan perkasa. Sebaliknya, jika kita tidak sungguh-sungguh bergumul dalam firman-Nya dan tidak berjaga-jaga di dalam setiap perbuatan kita, kita akan semakin merasa diri kuat padahal iman kita berdiri di atas kaca yang tipis.
Kedua sikap inilah yang harus kita miliki sebagai bukti kita takut dan hormat kepada Allah kita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan berjaga-jagalah di dalam setiap langkahmu karena Raja segala raja itu berjanji kepada kita, “Ya, Aku datang segera!” Apakah saudara berani mengatakan, “Amin, datanglah Tuhan Yesus!”
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment