Monday, October 22, 2007

IN MEMORIAM


SUPONO B. WAGITO
30 MARET 1955 - 11 SEPTEMBER 2007


Pak Pono atau sering saya panggil Pak Pon! memang kelihatannya bukan siapa-siapa di mata banyak orang. Mengapa demikian? Karena Pak Pon hanya seorang petugas kebersihan di gereja yang dilayaninya selama hampir 30 tahun. Beliau selama ± 52 tahun semasa hidupnya menegarkan hatinya terhadap Injil Tuhan yang disampaikan kepadanya. Tetapi menjelang masa akhir hidupnya ± 2 minggu, beliau menetapkan diri untuk percaya dalam hatinya dan mengaku dengan mulutnya bahwa Tuhan Yesus Kristus yang selama ini didengarnya namun yang diabaikannya, sekarang dengan tegas telah menjadi Juruselamatnya. Selama ± 2 minggu saya percaya beliau mendapati dirinya tidak sendirian lagi tetapi ada seorang penolong dan pemasti hidupnya kelak. Mengapa saya dapat memastikan demikian?

Ketika kami mengunjungi Pak Pon di Rumah Sakit karena beliau menderita gagal ginjal, saya mendengar ada orang-orang yang menceritakan kembali tentang Kristus sebagai Juruselamat. Mereka pun mendoakan Pak Pon. Pak Pon meresponi Injil dan doa tersebut dengan menyebut nama Yesus dan meresponi tantangan keselamatan ini. Pada hari minggu, beberapa hari menjelang kepergiannya, Pak Pon dengan kursi roda mengikuti ibadah di gereja. Itu adalah ibadah resminya yang terakhir, tetapi ibadah yang sejati berkecamuk di dalam hidupnya sepulang dari gereja.
Saya tetap percaya akan janji Tuhan yang berkata, “Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu."Itulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:8-10). Boleh donk dengan keterbatasan saya, saya menyakinkan keselamatan seseorang secara kasat mata yang sudah sesuai syarat firman Tuhan di atas? Di mata saya, Pak Pon memberikan pelajaran mengenai realitas kemurahan hati Tuhan.

Secuil Kisah Beliau
Hampir setiap kali saya melangkah ke kantor, saya berpapasan dengan beliau. Seperti biasa, kami bertegur sapa. Kadang Pak Pon tersenyum dan merentangkan tangannya menyambut tangan saya, namun seringkali juga Pak Pon hanya menatap kaku seperti banyaknya masalah bagi sebagian besar orang. Tetapi Pak Pon bukan orang yang sering mengeluh. Dia mengeluh hanya ketika sedang sakit dan pusing dengan kehidupan rumah tangganya. Untuk pekerjaan, never heard tuh! Bahkan menurut kesaksian beberapa orang, beberapa tahun lalu mengingat dedikasi, usia, dan taraf hidupnya, Pak Pon ditawari modal untuk berdagang oleh gereja. Namun apa daya, Pak Pon malah sedih dan menangis karena dia menduga dirinya dipecat dari gereja. Tak ayal, gereja hanya bisa tersenyum akan keluguan seorang Pak Pon dan dia dapat terus bekerja di gereja. Hati yang mengasihi dan setia kepada pekerjaannya. Kadang saya sendiri tidak merasa lebih mengasihi dan setia kepada panggilan saya sebagai seorang penginjil.

Ijinkan saya mengungkapkan penghargaan saya kepada beliau dan kepada Tuhan atas pengalaman hidup bersamanya selama 6 bulan saya bersua dengannya.
Kiranya Tuhan terus bekerja di dalam hati Pak Pon - Pak Pon yang lain sehingga genap orang-orang pilihan-Nya mengaku dengan mulut dan percaya dalam hati bahwa Yesus adalah Tuhan!

No comments: