Wednesday, October 31, 2007

KEKRISTENAN DI TENGAH PELIKNYA MASALAH EKOLOGI (6)

Refleksi KKR MISI

Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup” (1Ptr. 3:10-11)

Bagian firman Tuhan ini sangat tepat sekali menutup ceramah dari seorang ahli Astronomi Indonesia dari ITB yang bernama DR. Iratius Radiman pada kesempatan ceramah KKR Misi di GIA Lengkong Besar Bandung pada tanggal 28 Oktober 2007. Dengan Tema Kesempatan Terakhir (dari gereja) dan Terang Pengharapan Anak-anak Allah—Roma 8:18-25 (dari beliau), saya menyimpulkan 5 hal:

(1) Allah, Pencipta langit dan bumi ini sungguh luar biasa menciptakan eksistensi jagat raya ini dan tentunya manusia. Ada bertriliyun-triliyun bintang dan galaksi di jagat raya ini. Ada bintang bernama Betelgense yang bisa dimuati matahari kita sebanyak 35 juta buah matahari. Bahkan, bintang v838 Monocerotis dapat memuat 125 juta matahari kita padahal matahari kita sendiri dapat diisi planet bumi buanyak sekali! Hebatnya lagi, bintang v838 Monocerotis ada bertriliyun-triliyun jumlahnya yang membentuk galaksi. Dan huebatnya lagi, galaksi pun sebenarnya ada bertriliyun-triliyun jumlahnya (beliau memberikan gambar-gambar bintang dan galaksi tersebut). Karena itulah tidak heran Pemazmur berkata, “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu” (Mzm. 103:14) dan Kejadian 2:7, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Man just a dust in the presence of the Lord! Tuhan yang menciptakan semuanya ini sungguh Maha. Merenungkan hal ini, saya semakin takjub akan kebesaran-Nya dan semakin harus menaklukkan diri dengan segala kerendahan hati di hadapan-Nya.

(2) Allah tidak meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Dengan bagian atmosfir yang tipis sekali (seperti ujung bolpoint) untuk melindungi dan memberikan kehidupan di bumi serta dengan kerak bumi yang tipis sekali (seperti kulit kentang) untuk melindungi kehidupan di permukaan bumi dari esensi bumi yang adalah the lake of fire (beliau mengatakan bahwa secara logika, bumi tidak layak dihuni karena merupakan bola api), maka bumi tetap bisa dihuni bahkan dipilih Tuhan untuk didiami oleh “debu” yang dikasihi-Nya. Hal ni sangat mungkin terjadi karena Tuhan yang menjadikannya. Tuhan yang memeliharanya. Dengan perbuatan Tuhan yang ajaib, cukup hanya dengan atmosfir yang tipis dan kerak bumi yang tipis, kehidupan manusia dan ciptaan lain di permukaan bumi tertopang. Amazing!

(3) Sayangnya dosa membuat bumi ini semakin hancur. Bumi semakin hancur akibat ulah manusia. Diperkirakan perang akan terjadi hanya akan memperebutkan air bersih. Penyakit semakin ganas dan bervariasi. Bahan makanan alami akan mengkhawatirkan. Bencana alam akan menjadi-jadi dan meluas. Intinya: Doomsday! Kehidupan sekarang kalau dibiarkan begini terus, maka semua hal di atas akan menjadi nyata ± tahun 2050 (42 tahun dari sekarang). Celakanya, justru kerusakan lingkungan pertama kali muncul karena revolusi di Inggris yang membabat hutan untuk tuang besi. Pada tahun 1987, manusia hanya perlu memenuhi makanannya sendiri (dengan bahan kimia) selama ½ bulan di mana 11½-tahunnya lagi dikonsumsi dari hasil bumi. Tahun 1990, menjadi 1 bulan. Tahun 1995 menjadi 1½ bulan. Tahun 2000 menjadi 2 bulan. Sekarang manusia harus mencari sendiri makanannya selama 3 bulan lamanya. Kalau hendak dipaksa, maka tanah akan berkata, “Oke tetapi ini adalah konsumsi tahun 2008.” Bagaimana jadinya nanti tahun 2008? Merenungkan hal ini, ada penatua yang bercanda, “segera menikah Guan!” Yap, saya ingin segera menikah, bahkan akan saya percepat jadwalnya (tetapi sayang tidak bisa). Atau merenungkan hal yang mengerikan ini, lebih baik segera wafat dan masuk surga yang mulia. Apakah saudara akan masih hidup 42 tahun lagi dan menjadi saksi sejarah kebenaran berita ini?

(4) Kelihatannya memang manusia sudah tidak ada harapan hidup di bumi yang semakin hancur ini. Peringatan Global Warming di mana-mana tetapi malah masih sebatas bincang-bincang padahal sudah dibutuhkan aksi yang revolusioner. NASA dan sekutunya bermimpi untuk mewujudkan koloni di Mars atau ruang angkasa yang tentunya belum akan terwujud dalam kurun waktu 50 tahun lagi. Merenungkan hal ini, saya berseru kepada Tuhan, “Tuhan, tidak ada harapan lagi bagi bumi. Kalau tidak ada harapan bagi bumi, maka manusia tidak akan memiliki harapan lagi karena manusia bergantung kepada bumi ini untuk kehidupannya. Bagaimana manusia harus hidup, Tuhan? Adakah harapan bagi manusia?” Sesuatu di hati saya tidak dapat menahan suara yang berkata, “Aku harapanmu! Aku harapan bagi manusia!” Yesus Kristus harapan manusia! Ini bukan klise! Alasannya: (a) Tuhan Yesus Kristus pemilik bumi ini, Dia berhak dan tahu apa yang dilakukan-Nya, (b) Rencana-Nya yang agung itu tidak dapat dibendung oleh usaha manusia (1Ptr. 3:10), (c) Keselamatan yang sejati bagi jiwa yang terancam hancur dan mengalami binasa yang kekal adalah dari Kristus saja! dan (d) Janji langit dan bumi yang baru berasal dari mulut Yang Mahakudus ini. Karena itu, harapan satu-satunya kepada kehidupan yang kekal setelah doomsday ini adalah hanya di dalam Kristus saja!

(5) Pengharapan yang tertuju kepada Kristus saja memang membuat pandangan kita kepada surga menjadi sangat jelas, tetapi tidak berarti pandangan yang jelas ini membuat kita bereuforia sehingga kita lupa berpijak di bumi yang merana ini dan melakukan mandat budaya di kehidupan kita. Kita perlu selalu sadar bahwa, dunia semakin hancur akibat ulah manusia (DR. Radiman mengakui bahwa sedikit sekali anak-anak Tuhan di bumi ini yang tentunya menjaga bumi dari segala kerusakan yang ditimbulkan umat manusia—yang menurut saya belum tentu anak-anak Tuhan yang ada menjaganya, jangan-jangan justru yang mengakibatkannya. Celaka orang Kristen!). Sudah seharusnya anak-anak Tuhan tidak lagi sembarangan lagi hidup, melainkan sungguh-sungguh hidup di dalam kekudusan (1Ptr. 3:11), menjalankan mandat Injili dan mandat budaya. Takutlah kepada Tuhan karena, “ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan Allah yang hidup. . . sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan” (Ibr. 10:31; 12:29)! Takutlah kepada Tuhan dengan berjanji, “Tuhan, aku takut melakukan dosa karena aku takut itu akan merusak relasiku dengan-Mu.” Jalankan mandat Injili kepada mereka yang belum memiliki pengharapan yang sejati di dalam Kristus! Terapkan mandat budaya mengingat kepada kesejahteraan umat manusia dan mengingat kepada Roma 8:19-25, di mana seluruh ciptaan pun adalah bagian ciptaan Tuhan yang menantikan hal yang sama seperti orang-orang percaya kelak nanti. They’re our fellowbrothers! (Francis Schaffer)

No comments: